Wednesday, July 4, 2007

Cisca, You’re My First Best Friend Also

Hari ini saya terharu. Cisca Nurfiaini, teman satu TK, satu SD dan satu SMA yang dulu pernah saya buat menangis, menuliskan nama saya sebagai teman baik pertamanya di blognya. http://cisca_n.blogs.friendster.com/my_blog/

24. First best friend : Fitri (my kindergarten’s friend) dan satu sekolah lagi wkt SMU!

Duh, bahagianya ketika kita diingat orang.

 

Padahal, sebagai seorang sahabat, saya ini pernah kelewatan nakalnya. Cisca pernah nangis setelah saya tulis namanya dengan seorang kawan laki-laki dengan tambahan tanda “love” di pintu kamar mandi sekolah. Niat awalnya hanya iseng saja, tetapi tak disangka malah justru jadi perang dunia. Bukan perangnya saya , tapi antara mereka. Saya belum mengakui secara publik kalau itu perbuatan saya.

 

Maafkan saya ya..

 

Saya janji nggak ada nambah deretan orangy2 yang pernah saya buat nangis lagi..

Sudah tua sekarang,... sudah 22..

Virtual Friends of Me

Sembari menunggu hasil cetak foto di sebuah kedai digital langganan saya, terbitlah tulisan ini. Selintas muncul keheranan atas fenomena triwulanan saya. Ya, periodisasinya memang seperti itu, saban tiga bulan. Seperti layaknya masa percobaan bagi staff baru di tempat saya bekerja. Fenomena kemunculan pria-pria virtual yang senantiasa ajeg menjaga kontinuitas per telepon, per sms ataupun melalui chatting di Yahoo Messenger.

 

Mungkin benar adanya hingga suatu saat ketika diperjalanan menuju Klaten, Pak Poday yang terkenal pendiam pun akhirnya ambil suara. “Fit, apa nggak pusing kamu ?”, tanyanya. “Iya juga pak, leres, saya juga mumet kok”.

 

Mungkin kalimat berikut sedikit benar. Punya teman itu menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi kalau wujudnya jelas. Tapi fenomenanya sekarang adalah terlalu banyak pria kasat mata yang mondar-mandir di hidup saya. Tapi, saya menikmatinya kok. Lagipula ukuran kualitas dari pertemanan dan persahabatan kan tidak semata hadir secara fisik. Tak jarang sapaan ringan  mereka di sms membuat saya tersenyum. Dan teman itu ada dimana-mana. Ada di hati, di pikiran dan di ujung ketelatenan.

 

Sofa Photo Talk Duta Wacana, 30 Juni 2007