Thursday, December 27, 2007

Garda




Garda

Namanya Garda Bagus Damastra. Adik sepupu saya ini sangat gemar serangga. Usianya masih belia, 14 tahun dibalik tubuh bongsornya. Garda mulai menyukai serangga sejak umur 3 tahun. Bermula dari hadiah kado buku serial serangga terbitan Elekmedia Komputindo di hari ulat tahunnya. Dulu bapak sempat menulis surat di harian Kedaulatan Rakyat Yogya di kolom Pikiran Pembaca karena binggung atas hobi Garda. Sayangnya tak ada tanggapan positif dari pihak terkait. Hanya ada beberapa yang menghubungi untuk minta serangga.

 

Kesempatan pertama muncul ketika UGM menggelar INSECT Days tahun 2002. Garda unjuk gigi sebagai peserta pameran serangga termuda. Waktu itu Garda baru kelas 3 SD. Adalah satu perjuangan bagi kami untuk meyakinkan panitia berkait usianya. Kesempatan besar kedua muncul awal tahun 2007 ini. Titik cerah ketika terjalin korespondensi email saya dengan entomologist ITB, Christopher Yanto. Beliau inilah yang memberi informasi tentang konferensi serangga di IPB.”Coba aja dulu Fit, adikmu itu langka”, ujarnya diujung surat.  

 

Lagi-lagi harus ada ekstra kesabaran meyakinkan panitia IPB. Mereka mengira Garda adalah mahasiswa S1 yang telat mendaftar. ”Bukan pak, adik saya masih SMP, koleksi serangganya banyak dan ingin jadi peserta”, begitu diplomasi saya per telepon di awal Januari. Akhirnya merekapun percaya, setelah pembuktian grafis berupa dokumentasi foto-foto dan secarik resume sederhana. Berangkatlah kami berdua ke Bogor dengan travel Ramayana.

 

Sekarang. Garda sudah sedikit percaya diri untuk presentasi dan berbicara kepada forum besar tentang serangga. Seperti yang dilakukannya di Bali Agustus lalu. Ya, Agustus lalu, Garda dan saya pergi ke Bali untuk mengikuti kongres Perhimpuan Entomologist Indonesia. Dia menjadi pemakalah termuda dengan undangan khusus dari IPB dan PEI. Berhubung panitia tidak menyediakan ongkos transportasi dan akomodasi, saya bergerilya mencari donor. Alhamudillah, ada seorang kawan dari Tahija Foundation yang memberi sponsor tiket pesawat pulang pergi.

 

Dan sebulan terakhir ini Garda sedang asik dengan Belalang ranting raksasa spesies Eurycnema goliath yang menetas serentak. Lebih kurang ada sekitar 40an. Masih ada sekitar 2000 an telur yang siap tetas. Jumlah yang membuat kami binggung untuk pemeliharaannya. Dan rumah kamipun hampir mirip museum biologi dan kebun serangga mini. Belalang ranting ini diternakkan dengan metode simple dan belajar dari buku. Pasalnya, tidak satupun dari anggota keluarga kami yang berlatar pendidikan sains.

 

Bulan lalu, Garda terpilih mewakili sekolahnya SMP N 12 Yogyakarta untuk berlaga di ajang pemilihan Siswa Berprestasi Tingkat Kota. Dia sangat antusias dan menyiapkan semua keperluan dengan seksama. Sayangnya, dia diskualifikasi oleh panitia karena keahliannya ini dianggap tidak sesuai dengan kriteria. Kriteria yang mengharuskan seorang siswa yang serba bisa. Ah Payah!!!. Garda tetap menyelesaikan proses identifikasi dan mempraktekkan teknik penanganan koleksi serangga sambil menahan tangis. ”Rapopo Le, orasah nangis”, ujar Bapak memberi semangat.

 

 

foto ttg Garda:

http://rachmasafitri.multiply.com/photos/album/63/Garda

 

artikel ttg Garda:

http://trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=11&news_id=431

 

Tuesday, December 25, 2007

Dua Rasa


Semuanya terucap dalam hati. Dalam bathin, mereka berdiskusi. Saling mengungkap dan berbagi rasa. Rasa yang masing-masing berbeda namun dalam satu nuansa. Yakni sebuah kelegaan.

Ibu : Nduk, saiki atiku wis plong.
Si Ragil : Nggih Bu, Ijabipun lancar.
Ibu : Anak-anakku wis dho mentas kabeh. Lego.
Si Ragil : Dalem ugi lego, matur nuwun sanget.






Semuanya terucap dalam hati. Dalam bathin, mereka berdiskusi. Saling mengungkap dan berbagi rasa. Rasa yang masing-masing berbeda namun dalam satu nuansa. Yakni sebuah kelegaan.

Ibu : Nduk, saiki atiku wis plong.
Si Ragil : Nggih Bu, Ijabipun lancar.
Ibu : Anak-anakku wis dho mentas kabeh. Lego.
Si Ragil : Dalem ugi lego, matur nuwun sanget.

Friday, December 14, 2007

Tahun Baru di Jogja

Start:     Dec 31, '07 04:00a
End:     Jan 1, '08
hmm..berhubung kemarin sudah ke Malang, jadi tahun barunya di Jogja aja.

Thursday, December 13, 2007

Road Jember mampir Bromo

Start:     Dec 21, '07 05:00a
End:     Dec 25, '07
Location:     Jogja - Puger Jember - Kalibaru Banyuwangi - Bromo Probolinggo - Jogja
jagong manten plus-plus.. Ada ide saya harus mampir kemana? makan apa? motret apa?

Friday, December 7, 2007

reuni kecil

Reuni kecil. Inisiator sekaligus provokator acara kali ini adalah Regis. Bermodal sms pendek di jumat malam, kami pun bertemu. Dia memang berani. Maksudnya tidak ada yang seberani dia dalam menagih pajak penghasilan saya. Hahaha…tapi saya senang kok. Bukankah janji harus tetap ditepati ?

 

Pertemuan ini sempat tertunda karena saya lebih memilih untuk sowan ke UGD Bethesda.  Terpaksa karena dipaksa. Wajah pucat dan hampir semaput.  Lagi pula rasanya ada pasokan energi baru dengan bertemu mereka. Para sahabat kuliah yang selalu mempesona. Ya ceritanya, ya polahnya, ya bau keringatnya. Inilah mereka, satu persatu dari mata hati saya.

 

Regis Oktaviano AKA Regis

 

Sore itu Tita bercerita tentang anak teman Mamanya yang masih juga single seperti saya. Cuma bedanya, menurut deskripsi Tita, perempuan ini diatas standar. ”Bocah e ayu, pinter, numpak mobil meneh, ning kok yo durung duwe pacar,” jelasnya. Setiap kali mendengar kata-kata perempuan cantil, imut, pakai mobil dan semacamnya, radar Regis langsung berkerja. Sejurus kemudian Regis pasti bertanya. ”Minta friendsternya ya ?” pintanya sambil cengengesan. Sontak kami bertiga menyambutnya dengan teriak. ”Regis, ingat istri !!!”.  Meski sebenernya dia juga belum beristri, tapi sudah punya kekasih.

 

Namun saya pun maklum pada sang friendster mania ini. Lha wong dia punya semboyan “Orang nikah aja bisa cerai, kenapa orang pacaran nggak boleh putus.”. Walah Gis, kapan marine ? Selingkuh dan poligami bukan cara intelek untuk adu gengsi.

 

Yulius Windy Ari AKA Ari

 

Ari bercerita tentang kisah asmaranya. Tentang kekasihnya sekarang, dan pacar-pacar terdahulunya. Sahabat yang ini memang sangat terbuka dan mematahkan mitos pria introvert yang selama ini ada. Ceritanya pun nano-nano. Ada kisah konyol yang membuat tawa kami pecah. Ada pula cerita harus yang membuat serius mendengarkannya.

 

Cerita tentang cinta pertamanyalah yang membuat kami larut. Menyimak satu persatu kata dan kalimat ekspresif dari mulutnya. Sampai pada suatu saat, matanya berkaca-kaca dan butiran air mata hampir menetes diatas meja. Kekasihnya meninggal sebelum sempat ia maafkan. Kesalahan yang tak pernah termaafkan olehnya sampai sekarang. ”Aku isih gelo,” ujarnya lirih.

 

Birgitta Bestari Puspita Jati AKA Bune Tita

 

Melihat langkahnya yang mantap sore itu membuat hati ini lega. Kabar terakhir yang saya terima dari Pithe bahwa ia sedang sakit. Bukan flu tulang yang sempat membuat Tita bolos kuliah. Tapi Tita terkena mium, kista yang menempel di dinding rahimnya.

 

Tita sekarang sudah sehat dengan terapi herbal dan pola makan vegetarian. Miumnya semakin mengecil dan rasa sakit yang datang menjelang datang bulanpun sudah berkurang. ”Fit, aku pesen Salad wae, saiki ra maen daging,” ujarnya sambil tersenyum.

 

Flori Bertha Ratna AKA Pithe

 

Perempuan ini berbeda 270 derajat dengan saya. Saya cenderung idealis sedangkan Pithe adalah realis. Dulu kami pasti udur soal pemilihan topik makalah, judul penelitian bersama hingga tempat magang. Sekarang perbedaan itu semakin mencolok. Buktinya ketika kami bersanding, angka 10 lah yang terbentuk. Pasti sudah bisa ditebak siapa yang jadi icon angka 0 nya.

 

05122007

Thursday, December 6, 2007

Arisan Cerita - Sekuel 2

Start:     Dec 12, '07 5:00p
End:     Dec 12, '07 8:00p
Location:     Pondok Jengky, Gejayan/Jalan Affandi
Ngudo roso bareng konco-konco; Regis, Ari, Tita, Ratna & Manto.

Jelajah Pusaka & Gathering Akhir Tahun 2007

Start:     Dec 9, '07 08:00a
End:     Dec 9, '07 3:00p
Location:     Dusun Giriloyo Desa Wukirsari Imogiri Bantul
menjelajahi desa batik dengan suasana alam yang asri, berbincang sembari menikmati minuman dan makanan khas Giriloyo, berakhir dengan belajar membatik dari pembatik lokal.

(senengnya.. akhirnya bisa ikut juga setelah terkapar pucat di awal desember)