Wednesday, November 25, 2009

Festival Upacara Adat

Start:     Nov 29, '09 2:00p
Location:     Alun-Alun Utara

Thursday, November 19, 2009

Garebeg Besar Idul Adha

Start:     Nov 28, '09 07:00a
Location:     Keben Kraton - Masjid Gedhe

Numplak Wajik

Start:     Nov 25, '09 3:00p
Location:     Bangsal Magangan

Monday, November 16, 2009

Java Grand Expo

Start:     Nov 18, '09 06:00a
End:     Nov 22, '09
Location:     Atrium Ambarrukmo Plaza
Java Grand Expo adalah pameran produk dan jasa dari UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yang didampingi oleh YCAP. Produk dan jasa yang dipamerkan meliputi: kerajinan, furniture, produk pertanian, pengolahan makanan, dan jasa keuangan mikro.

Tujuan dari pameran ini adalah untuk memfasilitasi produsen kerajinan, produk paska panen, makanan, dan lembaga keuangan mikro untuk mendapat hubungan yang lebih baik dengan pembeli, lembaga keuangan, fasilitas pemerintah, dan jasa bisnis.

Pameran akan dibuka dengan pertunjukan Jemek Supardie dan selain pameran, akan ada demo proses produksi yaitu tenun dan batik. Ada juga Fashion Show Lurik tanggal 21 November 2009.

Monggo, silahkan datang !

Wednesday, November 4, 2009

Malioboro Festival

Start:     Nov 6, '09
End:     Nov 8, '09
Location:     Maliboro Yogyakarta
Ajang Budaya Festival Malioboro segera digelar mulai 6-8 November 2009 . Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi menjadi ikon pariwisata Yogyakarta. ” Kita berharap kegiatan ini mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Jogja, “ ujar Koordinator Event Festival Malioboro Tyas Enka


http://www.festivalmalioboro.com/

KRT. Joyo Dipuro; Magnet Lain Museum Kereta Rotowijayan




Kalau ditanya apa yang menarik di Museum Kereta Rotowijayan, saya tidak akan menjawabnya dengan koleksi kereta kencana yang mencapai puluhan jumlahnya. Tetapi bagi saya, ada magnet lain yang mempesona. Sebuah sejarah hidup yang selalu bercerita dengan penuh semangat. Dia adalah KRT. Joyo Dipuro, abdi dalem yang akan berjaga di pintu tengah sayap kanan museum kereta milik Kraton Yogyakarta ini.

Dikursi rotan tepat didepan pintu jati warna hijau (kami menyebutnya ijo parianom), KRT. Joyo Dipuro menyambut kami. “Umur saya 102 tahun. Lahir 15 Januari 1907”, jelasnya dengan suara yang lantang. Dua kalimat ini akan diulang berkali-kali oleh simbah yang rambutnya sudah memutih semua ini.

Lantas beliau menuju dinding museum di sayap kanan, mengambil sebuah foto usang. Dalam foto tersebut, KRT. Joyo Dipuro kecil bergambar bersama para sais kereta Kraton Yogyakarta di tahun 1937. Beliau ada di deretan nomor 4 dari kanan. Gagah dan berkharisma.

Ini adalah kali ketiga saya bertemu Mbah Joyo. Setahun lalu ia bercerita hal yang sama. Hitungan umur pun tidak meleset. Dulu saya masih ingat, saya perah bertanya tentang rahasianya awet muda. Seketika beliau tersenyum dan berkata bahwa berkerja dengan ikhlas adalah kuncinya. Selain itu rokok kretek masih menjadi teman setianya.

Seperti kemarin, setelah menerangkan foto lawasnya, beliau bergegas ke mengambil rokok dan korek gas yang masing-masing disimpan terpisah di dua bagasi kereta yang berbeda. Asap dan bau khas rokok kretek kemudian bercampur dengan bau besi tua dan bunga sajen kereta.

Yogyakarta, 1 November 2009

Monday, November 2, 2009

Mbah Ngatiyem

Namanya Mbah Ngatiyem. Berkebaya merah jambu dan jarik latar sogan yang warnanya mulai memudar. Kami melihatnya sedang duduk mengemas sebuah "buntelan" yang dibungkus taplak meja duduk di pot besar di timur regol kemandungan, Keben Kraton. Seorang kawan, Lindung, mendekatinya. Lalu saya menyusul kemudian.

Simbah yang 'sakbarakan' dengan simbah putri saya ini ramah. Sumeh. Saat saya mendekat, ia sedang membisik doa buat Lindung. Menyusul kemudian Yopi dan Dite. Usianya 70 tahun. Guratan di wajah dan kulit legam karena matahari mempertegas perjalanan hidup yang sepertinya keras. Setiap hari beliau nglajo dari Klaten Timur dengan 2 kali ganti angkutan ke Keben.

"Simbah sadean nopo"? tanya saya pada beliau. Sejurus kemudian sebuah jawaban membuat saya tercekat. "Simbah pados nyotro, luwih becik tinimbang maling", ujarnya sambil tersenyum. Seorang anaknya bermukim di Sumatera, sedangkan suaminya telah lebih dulu meninggal.

Kamipun bercanda. Layaknya seorang simbah yang sedang kumpul dengan empat orang cucunya. Regeng. Sampai akhirnya kami harus pamit untuk melanjutkan perjalanan. Satu persatu dari kami diciumnya. Sederet doa mengalir tulus dalam bahasa jawa yang halus. Sebuah barokah di suatu siang yang terik.

Yogyakarta, 1 November 2009