Dulu, sedikit orang yang melirik aktivitas belasan laki-laki remaja dan dewasa bertubuh kekar dari Gang Buntu di Gorilla Power Barbel Club. Mendadak gang kecil di kawasan pecinan Semarang ini menjadi buah bibir dan membuat penasaran orang tak terkecuali binaragawan dan selebriti ibukota Ade Rai. Sebuah potret kreatifitas dari sekelompok orang yang memodifikasi besi-besi bekas dan alat sederhana menjadi piranti fitness, meski hanya di depan emper garasi.
Kisah ini berawal dari sejumlah potret dari seorang fotografer koran nasional yang kemudian menginspirasi 2 orang mahasiswa Universitas Diponegoro bernama Rio Harindra dan Bambang Rahmanto. 2 sahabat lalu mengikutsertakan ide cerita tentang kelompok olahraga ini ke ajang film dokumenter Eagle Awards 2009. Tak dinyana, film yang kemudian diberi judul Gorila dari Gang Buntu ini meraih anugerah sebagai film terbaik.
Setiap harinya, tempat fitness ini akan ramai pada pagi dan sore hari. Belasan laki-laki remaja dan dewasa berkumpul dua kali sehari setiap pukul sembilan pagi dan empat sore. Diluar jadwal tersebut, anggota pun tetap bisa berlatih dan berolahraga. “Syaratnya gampang, tinggal ambil dan mengembalikan alat pada tempatnya,” ujar pak Kardi sang penggagas.
Berbeda dengan tempat fitness kebanyakan, Gorilla Power Barbel Club memasang tarif sukarela. Biaya operasional untuk perbaikan alat dan air minum diperoleh dari sebuah kotak kayu kecil yang menampung uang recehan dan pecahan seribuan. “Kalau ada duit ya masukin, kalau ndak ada yang lain waktu nunggu rejeki,” jelas salah seorang anggota yang berprofesi sebagai pengemudi becak. Mayoritas anggota tempat fitness ini adalah mereka dengan ekonomi menengah kebawah seperti kuli angkut, pengemudi becak, pendagang dan pekerja kasar.
Agus, seorang penjual makanan mengaku bahwa keterbatasanlah yang mendorong mereka untuk kreatif. Mereka memanfaatkan aneka barang-barang bekas sebagai alat-alat fitness. Agus juga mejelaskan bahwa terdapat kebiasaan yang tak tertulis bahwa anggota senior harus memberikan pendampingan dan arahan kepada anggota baru. ”Kami pengen sehat dengan cara yang murah tapi tetap aman,” jelasnya.
wow....keren sis
ReplyDeletehmm patut dicoba kalo jalan2 ke semarang
ReplyDeletePernah nongol di Kick Andy nih...
ReplyDeleteBagaimana perjalanan ke Gombong sukses?
menarik... pecinan Semarang memang gak ada matinya
ReplyDelete@mas yoan: belum sukses,due to time constrain I just visited Kutoarjo :)
ReplyDelete@maryanto: masih harus kesana lagi pak sayanya..belum maksimal..hehehe
ReplyDelete@wisnu: masukkan dalam jadwal ngetrip yak..
ReplyDelete@mas andi: iya..gang menjarinya menarik.. Apalagi belasan klentengnya. Apalagi klenteng hitam..
ReplyDeletedi kampung saya dulu juga ada nih, udah lama tapi sekarang dah pada ke kota buat fitness
ReplyDeleteBangga bersama Gorilla Indonesia :D
ReplyDeletekeren mbak YU
ReplyDeletescene yg bagus....kok nggak ke kanan sekalian mabk Yu ?
ReplyDeleteaku suka
ReplyDeleteTOP......foto ini yang saya tunggu ;))
ReplyDeleteini juga
ReplyDelete@boljugeyesight: terimakasih kang. Iya, komponya nanggung ya.. Saya kok ndak geser ya waktu itu..
ReplyDelete@kiyul: wah, pasti seru ya klo sekarang masih ada..
ReplyDeletecakepp..... 8->. tapi... hei.. tangan yg motret kliatan tuu... :))
ReplyDeletewah.. dilatih dr kecil?
ReplyDeletewogh... ok bgt
ReplyDeleteFitriii... angle-nya... :))
ReplyDeletengelimpe.....:|.....makin sadis phutuanmu kakak...8->
ReplyDelete@mbak nina: hahahaha..konangan yak tangannya? Kekkee..
ReplyDelete@madjid: kan dulu tak tilpun pas saya mendarat dr joglosemar..
ReplyDelete@mbak nina: iya, adek bercelana ijo itu anggota paling kecil..
ReplyDelete@fizdoonk: makasih ...
ReplyDeleteiya nih... cakep mbak!
ReplyDeletebadan gede kaki kecil ....
ReplyDeleteitu kenapa mas nya pamer ketek..oh maygatt!..menjauhlah sebelum pengsan...
ReplyDeletehahahah
setelah diliat lagi itu ternyata bukan tanganku mbak...hehehe
ReplyDelete