Siapa yang tak kenal duo seniman kakak beradik bernama Butet Kartarejasa dan Djaduk Ferianto? Bagi publik Jogjakarta, dua nama ini menjadi jaminan berjubelnya penonton dan riuhnya pentas dengan guyon sembrono pari keno. Canda khas yang serba spontan dan membuat seisi Taman Budaya Yogyakarta tertawa lepas.
Dua pekan silam mereka dengan bendera Gandrik kembali berkolaborasi dalam satu panggung membawakan pentas berjudul Pandol (Panti Idola). Ini adalah pementasan kedua setelah Jakarta yang sukses membuat penonton antri masuk gedung pertunjukan. Sebuah cerita yang mengangkat isu politik di Indonesia lengkap dengan sindiran cerdas karya Heru Kesawa Murti.
Pandol dibuka dengan joget dan parikan Ludruk khas ala Jawa Timuran. Sampur warna-warni mengembang dari badan para pemain yang berjumlah 22 orang. Deretan pemain muda seperti Broto Wijayanto, Very Ludiyanto, Cilik Tri Pamungkas dan sejumlah nama lain memberikan warna tersendiri. Pemain senior seperti Susilo Nugroho, Whani Dharmawan dan Sepnu Heryanto juga tetap bermain apik.
Adalah Bupati Kotabulus (Butet K) yang membangun Panti Perawatan Mental Korban Korupsi di wilayahnya. Panti itu kemudian lebih dikenal sebagai Panti Idola atau PAN-DOL. Pandol adalah pembudayaan baru Bupati bahwa korupsi hanya bisa dilawan oleh para korban korupsi.
Digambarkan bahwa di Kotabulus praktek korupsi telah merajalela. Sampai-sampai dua orang anggota Dewan Perwakilan Daerah Owel (Whani Darmawan) dan Maekani secara terang-terangan melakukan praktek jual-beli Peraturan Daerah. “Perda-perda..DAU, siapa mau pesan?” teriak mereka bersahutan persis para perdagangan air mineral di terminal-terminal.
Pandol membuat Bupati Kotabulus memperoleh Penghargaan Nasional dari Presiden karena kinerjanya telah diakui dunia sebagai obat ampuh pemberantasan korupsi. 50 kasus korupsi berkurang setiap tahunnya. Semakin banyak orang yang bermasalahan dengan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan ingin masuk Pandol dan menyebut dirinya sebagai korban korupsi.
Di lain pihak, tersebutlah Palaran (Susilo Nugroho) dan Hasrat (Sepnu Heryanto) dua pemeriksa dari Panita Pemberantasan Korupsi yang dengan bersemangat mencecar dua Kepala Dinas, Masgul dan Aleman. Masgul dan Aleman selama ini bersama Dinas lainnya memberikan dukungan anggaran luar biasa banyaknya per tahun kepada PAN-DOL atas perintah Bupati. Direktur Pandol, Sirahe Sigar semakin memperkuat dugaan korupsi ini.
Namun seperti kenyataan yang terjadi di Indonesia, Aparatus Kabupaten Kota Bulus segera bertindak cepat untuk menutupi praktek koruspsi dengan membuat peraturan baru. Bupati Kotabulus telah berhasil mensahkan Peraturan Daerah, mengangkat Direktur Pandol untuk menjadi Kepala Badan Pengawasan Kabupaten, serta menempatkan Panita Pemberantasan Korupsi sebagai unit terkecil di bawah Bidang Pengawasan Internal, Badan Pengawasan Kabupaten.
Taman Budaya Yogyakarta, 4 Juni 2010
apik nih lightingnya ...
ReplyDeleteWaaaa... jan maknyus tenan jepretane Jeng Fitri ki....
ReplyDeleteiya..lighting yang paling menawan :)
ReplyDeletesudah ndak bisa obah..ndeprok lesehan di baris ketiga dari depan dengan lensa 50mm..
ReplyDeletewwaaaa... keren euy poto2na!
ReplyDeletenama tokohnya lucu2, bikin ketawa.
eh tgl 26 juni aku ngisi seminar travel writing & photography di omah tembi. dirimu datang?
bahasa jawir ya?
ReplyDeletebahasa indonesia kok..cuma candaan spontannya bahasa Jawa. ndak rumit kok :D
ReplyDeletejam berapa mas? tanggal segitu pas ada di Jogja sebenernya.. bayar po gratis ? hehehe
ReplyDeletejam 9 pagi sampai 3 sore.
ReplyDeletebayar laaa... masa gratis
150rb/orang, dpt lunch khas Omah Tembi juga.
ajak juga Mas-mu ya.
eh, Minggunya bisa ke pusat lurik yang pernah kamu ajakin aku ndak?
ya, nanti lihat sikon ya mas.. semoga ndak ada barengan. hari itu juga ada acara di Bantul. Luriknya nggak janji, soale jauh je.. seharian. senin pagi aku suda balik Jakarta lagi.
ReplyDeletebtw, mas-ku yang mana ya?
...jadi tambah sedih.....cuma bisa lihat fotonya...gak bisa dateng pas pentasnya...tapi terhibur oleh foto-foto yang dahsyat ini...matur nuwun Mbak FITRI....
ReplyDeleteNah, kalau ini jadi tombo gelo :)
ReplyDeletecakep-cakep.....kapan di tempatku ada ginian pas hari libur ya ?
ReplyDeleteSemoga tahun depan ada pentas lagi dan akan roadshow ya Kang :)
ReplyDeleteeh, lha... anu, yang dulu bareng nongkrong di angkringan itu?
ReplyDelete**yang kata Bapak Angkringan, "Ndak boleh ngombe, tapi boleh ngunjuk." Wakakak!**
oh, mas yang itu..mas Haryo namanya. Ya, ntn coba saya kabarkan ttg acara ini :D
ReplyDelete