Ayo jogetan ..yo.. ayo jogetan..
Pinggul di goyang yang.. digoyang digoyang..
Ayo gendingan.. yo .. ayo gendingan
Nyawang putune Gending Osing gerambyangan.
Badan terasa merinding setelah mendengar gending joget Osing yang diikuti gerakan 4 penari cilik. Tak sadar, kaki saya ikut bergerak saat memotret Didik Nini Thowok yang sore itu ngamen di depan gedung Agung. Saya seperti berputar ke masa 10 tahun yang lalu. Ya, di masa ketika saya masih bertengger di jajaran penari cilik andalannya Didik Nini Thowok. Tiba-tiba saya kangen menari lagi.
Tapi, lagi-lagi saya kembali tersenyum geli. Geli bila ingat badan yang sekarang melar dan menjurus tak berbentuk. Apa masih wangun (pantas –red) berkembe ria bila perut berlipat tiga.. Ah, selalu saja imajinasinya seallu bergerak bebas. Meskipun imajinasi liar tersebut sebenarnya pernah jadi kenyataan.
Kalau ingat zaman keemasan tatkala jadi penari, saya berhak untuk sedikit bangga. Dulu, hampir seluruh orang kampung paham bahwa Fitri itu pinter nari. Saya sempet kondang, meski hanya tingakt RT, RW dan Kampung. Maklum, hampir setiap acara Pitulasan (17an –red) ikut unjuk gigi dan ngamen di acara mantenan tetangga.
Bayaran pertama saya yaitu ketika nari di acara cerdas cermatnya TVRI Yogya bareng Tya. Bayarannya dibungkus amplop putih sejumlah 7.500 rupiah. Berhubung penarinya 2, jadi masing-masing dapat 3.750 rupiah. Terhitung moment itu, saya mulai bisa belajar cari uang.
Tapi, bayarannnya tidak melulu uang. Kadang ada yang mbayar pakai roti, peralatan sekolah, tas dan coklat. Dan pernah juga bayarannya ucapan terimakasih.
huwehwuew...nari aja mbak...
ReplyDeleteiya, nari aja gpp...
ReplyDeletesapa tau jadi lebih terbentuk lagi..... asal Pede!!
itu dia mas, kalo nari lagi nanti takutnya ada gempa susulan.. :)
ReplyDeleteteorinya bisa dicoba tuh.. PD ada putus urat malunya :)
ReplyDelete