Sebenernya nama asli nenek ini adalah Mijem. Sedangkan nama tua beliau, mengikuti nama tua suaminya yang meninggal tak lama setelah gempa adalah Suparto. Namun, jangan kaget bila tak banyak yang mengenal 2 nama itu di dukuh Nawungan II Selopamioro. Hanya segelintir orang yang mengenal nama Mijem atau Suparto. Tapi coba tanya nama Mbah Mulud, pasti semua orang akan segera mengangguk dan mengantarkan kita ke sebuah rumah berdinding batu bata setengah telanjang, Maklum, rumah beliau ini merupakan bangunan baru dengan bantuan sebesar 15 juta dari dana rehab rekons pemerintah setelah gempa hanya menyisakah sebuah sumur di belakang rumah buatnya. Didepan sumur itu pula kemarin sore kami berbicang.
Lantas kenapa iya disebut Mbah Mulud ? Pertanyaan ini spontan muncul saat saya menghitung ada 3 nama buat simbah yang hobi nginang ini. Ternyata sebutan itu muncul setelah adalah anak tertuanya lahir dan bernama Mulud. "Mulud niku jeneng anak mbarep kulo, ndilalah lahir pas sasi Mulud," ceritanya.
Seperti kebanyakan orang tua yang saya temui, Mbah Mulud juga tidak tahu berapa usianya. ”Ngapunten, lha nek miturut mbak e kinten-kinten pinten ?” ucapnya sambil meminta saya menaksir usianya. Taksiran saya beliau lebih kurang berusia 70an, karena sepertinya beliau seusia dengan simbah putri saya yang sedo 2 tahun lalu. Bedanya, simbah putri saya lebih dulu berpulang karena luka dalam di bagian kepala karena benturan saat mendekap tiang didapur saat lindu datang. Benturan itu menyebabkan pembekuan darah di otak kecil yang baru kami ketahui satu bulan setelah gempa.
Selain usianya yang hampir sama, Mbah Mulud dan simbah putri saya sama-sama fasih mengucapkan ”kokoh bakoh” saat gempa menghujam Yogya. Ya, saya masih ingat simbah putri saya keluar rumah sambil berteriak ”kokoh bakoh” berulang-ulang. Ucapan yang berarti doa agar bumi tetap kokoh dan kuat ini selalu dilafalkan menemani ucapan Allahu Akbar. ”Kulo mlajar kaliyan bengok-bengok kokoh bakoh-kokoh bakoh,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
foto yang bagus fit...
ReplyDeletetone-nya pas keren...
ekspresinya dapet banget...
wow... foto dan cerita yang menyatu...
ReplyDeleteapik:)
ReplyDeleteasyik fotonya, bagus.
ReplyDeletecampur aduk perasaanku membaca ceritamu Fit...
ReplyDeletenawungan kro jalan msk SPN kae ngendine fit?
ReplyDeleteseperti apa aja mas?..
ReplyDeletenawungan itu jalan masuk SPN masih lurus ke arah panggang.. nanti kiri jalan ada gapura hijau.. mau ngapeli mbah Mulud ya? :D
ReplyDeletemakasih mas.. mbah Mulud juga asyik kok
ReplyDeletebeliau ini memang sangat ekspresif..
ReplyDeleteCoba lebih close lagi ke matanya ....nggak perlu utuh satu wajah ...lihat efeknya,beda nggak?
ReplyDeletebener..guratan mata & keriputnya sudah sangat berbicara..
ReplyDeleteYou right!
ReplyDelete