Sunday, December 21, 2008

Hajat Sasih; Potret Kebersamaan Kampung Naga


Sebagian warga menunggu upacara Hajat Sasih di depan Patemon

Dari ketinggian, tepatnya di kampung Rancak yang tepat berada di atas kampung Naga, saya melihat sepintas upacara Hajat Sasih. Terlihat belasan pria berjubah putih berjalan beriringan menuju arah barat kampung yaitu pada makam Eyang Singaparna yang terletak di hutan keramat Leuweung Larangan.

Sementara itu, puluhan warga Kampung Naga Luar yang kebanyakan kaum perempuan mulai berdatangan dengan membawa keranjang nasi berisi tumpeng Sisihan. Kampung Naga Luar adalah sebutan bagi para warga kampung Naga yang tinggal di luar kampung Naga. Mereka tersebar di beberapa kampung di kecamatan kecamatan Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Hajat Sasih adalah upacara untuk seluruh warga kampung Naga, baik dalam maupun luar. Pelaksanaan Hajat Sasih bertepatan dengan perayaan hari-hari besar agama Islam yaitu pada bulan Muharam, Maulud, Rewah, Syawal dan Rayagung sebagai wujud harmonisasi adat dan agama di kampung yang memiliki 109 bangunan rumah ini.

Ada 3 hal yang selalu melekat di Kampung Naga yaitu amanat, wasiat dan akibat. Upacara Hajat Sasih adalah salah satu amanat yang diberikan oleh Leluhur Eyang Singaparna. Sedangkan penolakan listrik dan jalan memang diambil untuk mencegah timbulnya akibat kecemburuan sosial antar warga yang berjumlah 314 penduduk ini.

Serangkaian upacara inti Hajat Sasih dilakukan di sungai Ciwulan, masjid, Bumi Ageung (adalah tempat penyimpanan pusaka yang menjadi satu-satunya bangunan tidak boleh didokumentasikan), dan makam selesai tepat sebelum Dhuzur. Berakhirnya prosesi inti ini berbarengan dengan siapnya sajian nasi tumpeng Bobokoh oleh para ibu di Kampung Naga Dalam dan nasi tumpeng Sisihan dari warga kampung Naga Luar.

Para warga berkumpul di halaman masjid menunggu waktu sholat. Setelah beduk ditabuh, kuncen dan lebai berwudhu di pancuran berpipa 3 yang terletak diantara masjid dan patemon (balai tempat pertemuan warga). Tak lama berselang, seorang wanita paruh baya dengan baju kemben dan kain merah yang disebut patunggon datang membawa kendi berisi air untuk kemudian diberikan kepada kuncen yang ada di dalam masjid. Setelah patunggon masuk, para warga bergiliran dan memasukkan tumpeng secara berantai melewati jendela di samping kanan dan kiri masjid. Kurang dari 5 menit, seratus lebih tumpeng telah berpindahkan ke dalam masjid.

Dari luar masjid, lirih terdengar Al Fatihah selesai dibacakan sebagai tanda berakhirnya upacara Hajat Sasih. Tumpeng-tumpeng yang telah didoakan pun bergiliran keluar dari masjid untuk segera disantap oleh seluruh warga.

ps: specially upload to my online guide masopang..

44 comments:

  1. alhamdulillah.......

    :-)

    *terpuaskan hajatku*

    ReplyDelete
  2. kemarin ke Tasik dapet banyak ya...
    ngiri aku

    ReplyDelete
  3. dari dulu memang jagoan candid :)
    yang ini pas banget moment nya, dilihatnya juga enak...

    ReplyDelete
  4. enake dolan trus jeng.ngiri aku.... :'(

    ReplyDelete
  5. dapet payung, mojang dan naga. next trip ke garut..ikut yook om?

    ReplyDelete
  6. thx mas, ak pengen kesana lagi.. (ngasih foto bapak ini)...:D

    ReplyDelete
  7. enggak banyak2 banget juga kok mas... masih harus kesana lagi..

    ReplyDelete
  8. tampak hangat berbincang dalam bahasa sunda, yg sebelah kiri namanya pak Risman, pak RTnya Naga..

    ReplyDelete
  9. ini karena 4 jam nongrong di anak tangga.. :D

    ReplyDelete
  10. saya pengen banget ke jakarta mas,... tp kapan ya?

    ReplyDelete
  11. dari balik jemuran ? cuma satu orang yg tahu kalau lagi difoto Si IPit

    ReplyDelete
  12. pagi atau sore nih ? kok lembut banget .... sip tenan

    ReplyDelete
  13. luar biasa....cantik banget komposisinya

    ReplyDelete
  14. andai S***R dikit....wuihhhh kebayang deh

    ReplyDelete
  15. very interesting ... inilah dipanggil a good photo journalism...

    ReplyDelete
  16. haha..menyelinap saat siang yg sangat terik...eh, ada juga yg ngelihat..

    ReplyDelete
  17. pagi menjelang siang.. saat kelamaan ngetem di tikungan rancak..

    ReplyDelete
  18. dan saya pun seratusan lebih disapa "Punten Teh" oleh mereka... :D

    ReplyDelete
  19. belum pantes pak Saiful, masih banyak bolong-bolong disana-sini :)

    ReplyDelete