Wednesday, December 3, 2008

Gelo di Pabrik Gula




"Tuwas adoh-adoh teko jebule banyune wis buthek". (Sudah jauh-jauh datang, ternyata airnya sudah pekat-red).

Ini sepengal ungkapan kekecewaan seorang nenek di sebuah parit di belakang Pabrik Gula Madukismo pada tanggal 21 September lalu. Beliau tidak tahu bahwa hari itu ada hari terakhir proses giling. Tidak ada lagi air yang ”kemebul” alias berasap dan menurut mereka beraroma seperti “wedang sere”.

Awal puasa lalu, ribuan warga berendam di saluran pembuangan limbah yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Tidak hanya orang tua, remaja dan anak-anakpun membuat sesak parit-parit yang tiba-tiba menjadi arena pemandian dadakan. Meski larangan telah diserukan oleh berbagai pihak, sugesti tetap juara mengalahkan hasil uji lab dari Balai Penelitian Kesehatan Lingkungan (BPKL) yang memang datang terlambat.

14 comments:

  1. mantap refleksinya.......ini yang ada orang meninggalnya itu ya?

    ReplyDelete
  2. mati? keneng opo fit? kepanasan?
    cerak omahku disik juga ono pabrik gulo. yen pas giling saben sore kungkum. tapi saiki wis tutup pabrik gulone :(

    ReplyDelete
  3. wah kowe ya gelo ra netuk fotone ya..

    hehehehe

    ReplyDelete
  4. ya paling enggak kalo ikut mandi disana jadi lebih manis :)

    ReplyDelete
  5. gubrakzz *tuing tuing kepala puyeng*

    ReplyDelete
  6. jadi bukan cm cerita isapan jempol ya? saya kira cerita parit madukismo itu gak beneran ada....

    ReplyDelete
  7. Sekarang ada kasus lg di PG Madukismo. Lagi-lagi masalah limbah, ikan milik warga mati keracunan.

    ReplyDelete