Wednesday, May 20, 2009

Menjemur Harapan




Seorang Ibu sedang mengeringkan batik tulis dengan pasta indigovera. Batik dengan warna alam, salah satunya Indigovera sedang digalakkan di beberapa sentra batik di Yogyakarta. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pendapatan perajin batik serta meminimalisir pencemaran lingkungan karena penggunaan pewarna kimia.

15 comments:

  1. Gw suka sama judulnya: KERAN, Nyastra.. dan berisi

    ReplyDelete
  2. fit. kebetulan saya baru kemarin mfoto batik, jadi mau cerita sedikit. sejauh yang saya tahu, penggunaan pewarna alami adalah salah satu kelebihan batik yogya. batik solo di laweyan, juga batik pekalongan di kauman yang volum produksinya jauh lebih besar daripada yogya dan solo, menggunakan pewarna buatan.

    ketua koperasi pengusaha batik di pekalongan bilang, dia ingin sekali menggunakan pewarna alami, utk mengurangi pencemaran. masalahnya, pewarna alami tidak bisa menghasilkan warna mencolok. padahal, warna mencolok merupakan ciri batik pesisiran, termasuk pekalongan.

    batik yogya tidak perlu menggunakan pewarna buatan, karena warnanya seputar cokelat, tidak mencolok seperti hijau, merah, biru, kuning... gitu.

    ReplyDelete
  3. suwun Bud. batik yogya selama ini memang menggunakan pewarnaan alam standar, terutama untuk warna sogan. Ketika tren batik naik tiga tahun terakhir, permintaan batik warna cerah juga masuk ke yogyakarta. Persoalan untuk beberapa sentra batik adalah pengetahuan tentang variasi pewarnaan alam khususnya untuk warna-warna cerah, salah satunya Indigovera yang belum optimal serta mekanisme mengelolaan limbah melalui IPAL.

    Menyoal ttg Pekalongan, benar seperti yang kamu sampaikan. Kebetulan, beberapa bulan yang lalu, saya ikut rombongan pembatik Imogiri untuk study banding di 3 lokasi di Pekalongan. Pencemaran lingkungan karena pewarnaan kimia jelas bisa dijumpai tak hanya di saluran air lokasi workshop tetapi juga di sungai-sungai. Bahkan salah seorang pengusaha batik berkata bahwa indikator masa produksi batik pekalongan adalah ketika warna air sungainya "buthek". Sungguh menyedihkan.

    Persoalan menjadi dilematis kemudian karena warna alam tidak bisa cukup sekali dua kali celup untuk menghasilkan warna yang matang. Harga produksi pun menjadi 3 kali lipat lebih mahal.

    ReplyDelete
  4. hehehehe... yang buatan-buatan emang kebanyakan buntutnya ngrusak ya... harmoni alam memang luar biasa...

    ReplyDelete
  5. rata-rata sih begitu.. meski sebenarnya kalau SOPnya dilakukan dengan benar, IPAL misalnya.. kerusakan bisa diminimalisir.. indonesia.. hehee

    ReplyDelete
  6. indah gambarnya, indah tajuknya! You are good!!!

    ReplyDelete
  7. padahal gambarnya over..hehehe. terimakasih ya

    ReplyDelete
  8. over? ngga lah, ibarat masak, rasa dan judul nya pas!

    ReplyDelete