Tuesday, May 19, 2009

Selamat Jalan...

17 Oktober 2008,

 

Belum sempat saya menulis tentang cerita tentang betapa menariknya pencarian sebuah dasi untuknya tepat dimalam sebelum akadnikahnya, dia sudah pergi. Waktu itu, jalanan sudah lenggang. Maklum, sudah hampir setengah sebelas malam. Pintu-pintu toko di sepanjang jalan solo menuju malioboro sudah tertutup rapat. Termasuk pintu kayu sebuah kios khusus grosir dasi di ujung Abubakar Ali.

 

Alhadullilah, telepon saya dijawab oleh sang pemilik kios. Ya, saya akhirnya memutuskan untuk menelepon nomor handphone yang tertulis di papan nama.  Rupanya, dia sudah dalam kendaraan menuju rumah. “Begini pak, kakak saya mau menikah besok pagi, dan belum punya dasi,” jelas saya mengiba tepat sebelum telepon itu terputus.

 

Tak sampai 5 menit, nomor si bapak menghubungi saya. Rupanya tadi beliau menghubungi salah seorang pegawainya untuk membuka kembali kiosnya buat kami. ”Karyawan saya sebentar lagi kesitu, tunggu ya”, ucapnya buru-buru.

 

Dari arah kampung Gemblakan Bawah, karyawan yang ditunggu pun datang. Mbak Yanti namanya. Senyumnya tulus, jauh berbeda dari bayangan kami sebelumnya. Maklum, kami berpikir mungkin dia sedikit jengkel karena sudah terlelap saat perintah ini datang. 

 

Kamipun bergegas memilih, meski sempat berkali-kali binggung menentukan warna dasi. Sampai akhirnya sebuah dasi bernama biru tua seharga 20 ribu. Saya masih ingat dia  menolak saat saya memilihkan dasi yang lebih mahal. ”Rasah larang-larang, kan cuma dipakai sekali,” ucapnya pendek.

 

5 tahun lalu, Diujung Selokan Mataram

 

Berbekal kamera poket dan FM10 kami plesir bersama. Hunting perdana kami adalah menyusuri selokan mataram. Rute yang sama seperti plesir saya beberapa waktu lalu dengan seorang sahabat.

 

1997, kafe 17

 

Sepulang dari kursus bahasa Inggris, dia menjemput saya untuk test food di kafe 17. Ini adalah kafe pertama anak muda di Yogyakarta.

 

26 Maret 2009,

 

Tepat di pagi saat saya memakai kemeja yang ternyata kembar, dia justru pulang. Kemeja flanel kotak-kotak yang tak sengaja terbeli saat diskon besar-besarnya tepat malam sebelumnya. Persiapannya matang, termasuk pamit pada saat lewat sebuah mimpi yang baru saya sadari sekarang.

8 comments:

  1. sedih sekali mendengarnya mbak Fit. Kakak laki-laki satu-satunya?

    ReplyDelete
  2. Aduh turut berduka cita mbak, sayangnya ceritanya tersamar sekali, sampai saya harus baca berulang kali. Baru mudheng setelah baca komentar.

    ReplyDelete
  3. turut berduka mba *mengerti sekali kehilangan abang satu2nya

    ReplyDelete
  4. sabaar yaa mba... semua pasti ada hikmahnya..

    ReplyDelete