Tuesday, May 22, 2007

Kongres VII & Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia

Start:     Jul 25, '07 11:00p
End:     Jul 27, '07
Location:     Sanur Denpasar Bali
Sebenarnya hanya berperan sebagai kakak yang baik, mengantar Garda pergi berkongres serangga. Selebihnya sih, fitri mau motret dan jalan-jalan. Wanna join?

Wednesday, May 16, 2007

Kalimat Ajaib

Let me introduce her, She is my wonderful staff, her name is Fitri. She would like to be a journalist and good in photography. She will assist your organization to develop the program.


Kalimat diatas masih lekat diingatan saya. Hampir setiap saat kami bertemu calon partner baru dan rekanan lain, beliau pasti berujar seperti itu. Kalimat ajaib yang menggenjot kepercayaan diri saya dihadapan orang banyak. Terimakasih Pak. It means a lot.

Ketika Putih Tercabik Kelam

Sebenarnya, saya ini bukan gadis cengeng yang suka pamer air mata ke orang lain. Tapi kemarin, akhirnya buliran ini jatuh juga. Terpaksa.


Kemarin pula, saya jadi tahu bahwa konsep Yin Yan itu benar adanya. Dunia tidak selamanya berisi orang baik, tapi juga orang busuk. Sebusuk kenyataan yang saya hadapi kemarin. 


Dan semoga ini menjadi pelajaran berharga. Bukan hanya buat beliau, tapi juga buat kami dan saya. Semoga juga menjadi pelajaran dikemudian hari bagi mereka.


 

Thursday, May 10, 2007

Saya Iri Pada Mereka

Tulisan ini ditulis, ketika saya dalam perjalanan menuju Imogiri Bantul. Mobil yang kami tumpangi berpapasan dengan puluhan perempuan pekerja yang dengan sumringah menggenjot sepeda. Meski hari panas, mereka tetap bersemangat. Semakin membuat iri saya yang sampai detik ini tidak bisa naik sepeda.


 


Tapi ternyata setelah saya bepikir lagi, tidak hanya sepeda yang membuat saya iri. Mereka punya keteguhan hati untuk melanjutkan hidup meski terhimpit tekanan sosial dan ekonomi. Pasti mereka tidak kenal istilah “nglokro” alias pasrah tanpa berusaha.


 


Kayuhannya semakin kencang meski sepeda sempat doyong beberapa kali. Maklum, kronjot bamboo di sisi sepeda diisi oleh barang dagangan lebih dari 20 kilo beratnya. Kalau saya yang mengalaminya, pasti sudah jatuh dari kayuhan pertama.


 


Bila melihat mereka, saya ini tidak ada apa-apanya. Pengalaman saya masih belum sebesar cita-cita. Benar kata mbakyu baru saya, mbak Rahma yang bilang saya bahwa saya ini masih kecil. “Masih banyak waktu untuk belajar Fit“, begitu katanya.


 


Memang, jadi perempuan itu harus kuat. Setidaknya saya ingin seperti ibu yang bisa melakukan pekerjaan berat laki-laki. Tidak selamanya perempuan hanya bergelut dan bertemu dengan sapu dan tisu. Ini bukan pembelaan karena saya jarang bersih-bersih rumah dan berdandan. Tapi karena pemahaman saya bahwa selama ini perempuan hanya ditempatkan di ranah domestik, bukan publik.


 

Wednesday, May 9, 2007

Mrican Post ; Adonan Kue Pertama

Agustinus Berty, Yulius Windy, Martinus Kristyo dan Finsensius Yuli. 4 nama yang setiap hari Jumat menemani saya belajar di Selasar Mritjan. Tuhan, terimakasih telah menghadirkan mereka dalam hidup saya. Tanpa mereka, saya tidak pernah belajar  memimpin. Setidaknya menjadi pemimpin melawan ego dan kebimbangan.


 


Ya, saban Jumat malam kami berkumpul, berdiskusi panas di pojok timur selasar kampus atas nama Mrican Post. Topiknya pun beragam, tidak melulu soal kuliah, kebijakan kampus dan universitas. Tak jarang kami menyeberang ke isu2 strategis ketika itu. Kalau tak salah ingat, yang sedang “in“ waktu itu adalah isu tata kota Yogya dan komersialisasi pendidikan.


 


Saya sempat jadi primadona untuk beberapa saat. Ya, itu juga karena saya lah perempuan satu-satunya. Perempuan yang nakal sejak semester awal. Tapi untungnya, ketenaran itu segera terbagi pasca bertambahnya anggota. Katanya Mrican Post seperti halnya perkumpulan arisan campuran. Renyah, guyup dan hangat.


 


Hari Jumat bagi saya adalah hari yang sibuk dan penuh kebimbangan. Pada jam yang sama saya harus ada di dua lokasi dengan kegiatan yang berbeda. Kumpul MP dan siaran di Atma Jaya Radio. Dua-duanya keluarga saya, dua-duanya rumah saya. Saya ingat, biasanya saya pakai pola 1 – 3 – 2 – 3 – 1 agar punya jeda lari ke luar studio ketika lagu diputar. Saya kangen saat-saat itu. Saat-saat ketika disindir Bebek untuk fokus dan ketika telat masuk open mike.


 


Dan sekarang, teguran itu jarang saya dengar.


 

Saya Ini Belum Sarjana



 

Fit,kosongkan 2 hari tgl 14 & 15 April ya. Anak-anak Kelas A mau reuni di Kaliurang. Harus ikut, Awas kalo nggak datang!!!

From : Fisip Ari


16.45 6/4/07


 



Duh, sejak datang SMS dari sahabat diskusi saya, Yulius Windy Ari, saya tidak nyenyak tidur. Seketika kepala rasanya cenut-cenut setelah berulang membaca dan memahami kata demi kata pesan singkat tersebut. Penyakit kambuhan itu kembali datang, seperti hari ini. Ya, tepat tatkala kawan lama saya di NIAS, Mas Salim, bertanya kapan saya lulus.


 


What ? Reuni ? Saya yang lelet apa teman-teman yang kecepeten ya ? Semoga sih jawabannya yang terakhir. Bila kita memakai terminology bahasa, arti “reuni” adalah bersatu kembali. Dan yang biasa terjadi dibelahan bumi manapun, reuni dilakukan bila kita sudah berpisah dan kemudian bertemu.


 


Lantas, satu demi satu pertanyaan muncul menyesaki otak saya yang telah lowbatt duluan. Beruntun bak pertanyaan petugas Bea Cukai kepada saya bulan lalu. Kalau reuni, berarti teman-teman saya sudah lulus ? Kok cepet ? Siapa saja yang wisuda ? Kapan wisudanya ? Mosok tinggal saya yang belum wisuda? Dll.


 


Saya masih ingat, karena rasa penasaran yang teramat besar, saya memutuskan meminta konfirmasi pada dua orang teman. Dan ternyata jawaban Palma, kawan kerja serabutan saya di Kejurda Taekwondo sama bijaksananya dengan jawaban Ari yang juga kebetulan panitia reuni. “Fit, reuninya buat seneng-seneng sebelum semuanya wisuda. Bentar lagi pasti ngumpulinnya susah”, kata mereka.


 


Sejurus setelah itu, saya berpikir untuk bisa ikhlas. Keputusan saya untuk bekerja dan istirahat sejenak kuliah pasti ada resikonya. Bukankah hidup itu pilihan ? Bukankah pula Pak Slamet, mantan rektor UAJY juga pernah bilang begitu ? “Fit, In crisis there is an opportunity, and you will be face with lot of choices”, ujar beliau ketika kami bertemu di acara Kafi Kurnia.


 


Benar Pak, pilihan tersebut sudah saya buat. Dan saya pun tidak boleh menangis bila dihadapkan pada kenyataan bahwa saya ini Calon Mahasiswa Telat Wisuda. Ini pilihan saya, ini jalan saya dan saya harus bertanggungjawab.  Buat kawan-kawanku yang sudah bertoga, selamat ya !. Semoga nular itu laporan KKLnya dan jilid Skripsinya. Buat yang bernasib sama, dijaga niatnya ! Buat yang masih binggung, mau bergabungkah ?  Guys, welcome to the club …


 


 

Tuesday, May 8, 2007

Mohon Dukungan

Apakah akan ada yang percaya kalau saya bilang bahwa saya ini mantan penari? Barangkali tidak ada yang percaya, begitu pula saya. Lho kok? Jawabnya memang sangat beralasan. "Mana ada penari yang melar?"


Sejurus dengan itu, saya pun berencana melakukan pengurangan kadar lemak lewat berdiet. Alhasil, sampai tulisan ini turunpun, rencana mulia tersebut belum berhasil. Kok bisa ? Itu juga karena kesalahan saya yang masih saja ingat welingan orang tua bahwa berdosa bila menolak rejeki. Jadi wajar bila tubuh saya ini semakin berkembang kesamping.


Sekarang, saya sedang laku prihatin dengan mengurangi nasi, terutama di malam hari. Demi kelancaran program, saya harus rela menahan diri untuk tidak blusukan jajan kuliner yang selama ini jadi tradisi.

Serenade

Mengapa harus takut pada matahari, rentangkan tangan dan halau setiap panasnya. Mengapa harus takut pada malam hari, nyalakan api di hati, usir segala kelamnya

Jurus Murah Menghalau Gundah

Dulu pas masih aktif kuliah, kalau saya sedang "mumet" biasanya saya lari ke Ringin Sepuh. Larinya saya ini tidak berbiaya tinggi tapi serba murah meriah. Jadi ingat julukan Reporter 2NG yang diberikan oleh sahabat saya, AD. 2NG itu singkatan Nglemproh dan Ngere. Rapopo, saya justru bahagia. Karena menurut saya, kebahagian itu tidak harus mahal ? Bener nggak?


Ringin Sepuh di depan komplek makam Panembahan Senopati di Kotagedhe memang mempesona saya. Rasanya jadi rindu ingin bersua kembali dengan mbah Padmo yang setia duduk diujung timur pendopo. Ceritanya ringan, tapi sungguh bermakna. Beliau teman ngobrol lintas generasi yang menyejukkan, sesejuk silirnya udara.


Jurus ini ternyata ampuh juga. Intinya kepala yang sedang panas harus dipertemukan dengan yang dingin. Lebih baik ngadem daripada misuh yang nggak karuan dan pasti nambah deretan dosa. Tapi mungkin juga karena ada selingan seperti tiwul, kipo dan lego moronya Pasar Kotagedhe.


Saya sadar kalo saya memang seperti "grontol wutah". Artinya kalau berbicara tidak pernah habis, terus menerus dan tidak ada titiknya. Biasanya, bapak saya adalah pendengar yang paling setia. Tapi setelah saya wadul sama bapak, pasti ibu yang giliran protes. Bukan karena saya pilih kasih, tapi karena pendapat dan tanggapannya Bapak yang cenderung ekstrem. Dulu saya pernah cerita tentang rencana tawur di SMA 9 sama Bapak. Tanggapan Bapak berbeda dengan orangtua kebanyakan. Katanya : "Nek kowe bener rasah wedi, melu wae!". Disitulah letak bedanya Ibu dengan Bapak.


Kalau mau dilirik kebelakang, ternyata sahabat-sahabat diskusi saya kebayakan orang tua. Ketika SD di Serayu I ada Pak Kampret, Pak Leker, Pak Hansip Pantiman dan Pak Becak yang setia jadi teman main saya. Beliau-beliau inilah yang mengajarkan saya bahwa hidup itu semestinya harus tulung tinulung dan saling ngemong.


Lantas, apakah mumetnya serta merta bisa hilang hanya dengan berbicara? Jawabnya tentu saja iya, tapi dengan catatan. Paling penting, partner bicaranya adalah seseorang yang memang kita butuhkan, walau hanya sebagai pendengar. Tapi mencari pendengar yang baik ternyata bukan perkara yang mudah. Dan lebih sulit lagi mendapat pendengar sekaligus penasehat. Mungkin Mbah Maridjan, pekuncen Merapi ini bisa jadi contohnya buat saya.


Pada suatu wawancara saya, beliau sempat berucap : "Mbak Fitri, menawi dituruti,tiyang gesang menika kirang teras, mboten nate cekap". Benar Mbah, saya setuju dengan njenengan.

maliq & d'essential

Start:     May 19, '07 9:00p
Location:     Bogeys

Friday, May 4, 2007

Ning Ndhuwur Panggung


Dari 15 foto, hanya 1 yang fokus. 14 foto lari semua. Sempat tayang di trulyjogja.com. Baca : www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_i...

Sing Paling Tak Senengi


Foto candid pas naik kereta Pramek Solo - Jogja. Keliatannya mereka pasangan baru yang masih malu2 kucing. Oh, indahnya..

Wednesday, May 2, 2007

Tuesday, May 1, 2007

Ketika Ibu Saya Bicara

Jujur, saya ini kurang paham soal cinta. Tapi saya yakin kalau cinta itu ada di setiap wejangan ibu sebelum saya berangkat kerja dan iguhnya bapak ketika kami berdiskusi sepulang saya ngantor. Setelah diingat-ingat, ada beberapa ungkapan cinta dari Ibu buat saya. Mungkin beberapa kawan pasti ada yang menemukan kesamaan.

  1. "Nduk, Rasah Ngebut" : Mungkin karena saya masuk kategori "mbebayani" terutama kalau sednag di jalanan. Padahal saya ini termasuk telat bisa naik motor dan nggak bisa naik sepeda. Tapi sekalinya bisa, langsung mengerikan.
  2. "Kok Ra Ngerti Adus to?" : Pertanyaan ini hampir setiap hari dilontarkan Ibu.
  3. "Mbak, kok belom pulang?"
  4. "Mbak, sudah malam lho!"
  5. "Mbak, ada dimana? Kok Nggak ngasih kabar?  : Untuk nomor 3 s/d 5, adalah isi sms dari Ibu. Kata bos saya, wajar kalau ibumu selalu khawatir, berhubug saya ini nak tunggal dan perempuan. Tapi apa bedanya dengan laki-laki Pak?

 

Sepur




Kasunanan Solo