Thursday, May 29, 2008

Pameran Tunggal Fotografi "KECAK" karya Peter Wang

Start:     May 31, '08 07:00a
End:     Jun 10, '08
Location:     Toko Buku Togamas, Jl Affandi no.5 Yogyakarta
Mengundang para publik fotografi dalam pembukaan pameran yang akan
diadakan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 31 Mei 2008
Oleh Bpk.Agus Leonardus (Fotografer Profesional-Pemilik Galeri 9).
..
Performance Art Oleh :
-Jemek Supardi (seniman pantomin).
-Ong Hari wahyu (seniman serba bisa).
-Tari Kecak Bali.


Pemeran berlangsung sampai dengan tgl 10 Juni 2008

cp : Esa (081 2521 7917)


Wednesday, May 28, 2008

Pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta 2008

Start:     Jun 7, '08 06:00a
Location:     TBY & Benteng Vredeburg
The Past is New (7 June - 7 Juli)

klo ada yang butuh rundown FKY, japri aja ntn saya email

Tuesday, May 27, 2008

Majemu'an




Majemu'an


Berpuluh-puluh tandan pisang ambon berjejer rapi dibalai dusun Karangkulon dan serambi masjid Sunan Cirebon Giriloyo petang kemarin. Aneka jajan pasar seperti lemper, arem-arem, tiwul ayu dan geplak ikut tersaji diatas piring-piring beling bermotif bunga. Sebotol minuman bersoda Sprite turut ambil bagian mengantikan sarsaparela yang kian jarang dipasaran.

Semua menanti doa dalam rangka tasyakuran dan bersih dusun di 3 padukuhan di desa Wukirsari Imogiri Bantul. Prosesi budaya ini oleh masyarakat Giriloyo, Cengkehan dan Karangkulon lebih sering disebut dengan Majemu'an, acara ucap syukur atas panen yang melimpah. Acara ini dimulai dengan doa di Masjid Karangkulon yang diikuti seluruh masyarakat dengan iringan shalawat. Syahdu ditengah remang malam.

Peringatan 100th Kebangkitan Nasional

Start:     May 27, '08 7:30p
Location:     Pasar Kotagede Yogyakarta
Yayasan Kanthil presents Atraksi Srandul, Campursari & Jathilan Anak.

Monday, May 26, 2008

Kopdar Perdana di Kota Lumpia

Sebuah Catatan Perjalanan Central Java Trip Hari I, Sabtu 17 Mei 2008

 

 

Hampir 2 bulan lalu, sebuah ajakan hunting mampir di Yahoo Messenger saya. Permulaan yang manis dengan setenggok pengalaman yang tak terbeli bersama Yoppy Pieter, Ina Hapsari dan Glend si Abang Warteg.

 

Pak Pri dan Panggilan Nduk

Hampir setengah jam telepon itu gagal tersambung. Setelah berhasil tiba-tiba saja terputus sebelum informasi penuh didapat tentang bus Joglosemar. Dan akhirnya pilihan pun jatuh ke Travel Rama Sakti. 40 ribu rupiah sampai ditempat. Berangkat pagi sampai sebelum Dhuzur. 

Kursi bagian depan tenyata kosong. Seorang penumpang batal berangkat sehingga saya pun space lebih untuk tas kamera. Sebuah awal perjalanan yang menyenangkan. “Mbak, santai aja duduknya, penumpang nomor 1 nya nggak ada,” ujar Pak Pri sang pengemudi travel.

Pria berperawakan gempal ini ramah dan menyenangkan. Satu hal yang saya suka adalah panggilan Nduk kepada saya kemudian. Ini terjadi setelah beliau tahu bahwa usia anaknya hanya terpaut sedikit dengan saya dan kami sama-sama anak tunggal. “Lha kowe ki neng Semarang ki meh ngopo je Nduk ?” tanyanya menyelidik.

“Lha kae Nduk koncomu wis ngenteni,” ujar Pak Pri saat mobil mendekati Wisma GKPRI di Jalan Ahmad Yani Semarang. “Iya pak,” jawab saya pendek. Padahal saya juga belum pernah bertemu muka dengan Yoppy maupun Glend. Tetapi yang jelas memang ada 2 laki-laki yang berdiri di depan pintu gerbang. Satu orang memang menyerupai Buddy Icon Yoppy di Yahoo Messenger. Maklum, ini memang kopdar perdana saya dengannya.

“Yoppy ya? Saya Fitri,” tanya saya disusul perkenalan sambil berjabat tangan. Setelah Pak Pri dan mobil berlalu kamipun segera naik ke lantai 2 wisma. Menunggu disana, sebuah kamar sederhana nomor 217 untuk menginap semalam dan seorang kawan baru bernama Mbak Ina. Paket kompit hari ini. Panggilan Nduk dan 3 orang kawan baru.

Saweran yang Membuat Aman, 11. 15 WIB

Tiba saatnya berbelanja kebutuhan pokok habis pakai para backpacker di Citraland Mall. Adalah air mineral yang botolnya mudah direfil, multivitamin dan buah segar pengganjal perut yang memang mudah sekali lapar.

Seorangpun telah ditunjuk sebagai bendahara mengelola uang saweran. Sebuah keberuntungan kedua karena selamat dari posisi yang berbahaya bagi seorang yang sangat sleder dan pelupa seperti saya. ”Mbak Ina aja ya yang pegang uang,” rayu saya sebelum posisi itu perpindah tangan.

Perjalanan backpacking memang lebih nyaman dengan sistem saweran. Setidaknya rasa khawatir kekurangan uang misalnya menjadi masalah bersama. Saweran mengamankan beberapa kebutuhan primer seperti konsumsi, transport dan akomodasi. Terlebih jumlah peserta yang hanya 4 adalah angka yang pas. ”Kalau rombongan apa bedanya sama piknik ya,” seloroh kami sambil terbahak.

Ramalan Jodoh di Sam Poo Kong & Berkah Pintu Merah, 14.10 WIB

Mruput. Jam pengunjung masih setengah jam lagi. Lebih baik mencari spot yang menarik dan menyeruput sebotol teh dingin sambil berbincang dengan satpam Klenteng. ”Sebentar lagi ya mbak, masih jam untuk sembayang,” katanya sambil menunjuk ke arah papan tulis persegi berisi pengumuman.

30 menit pun berlalu. Bergerak dan berkeliling.

Lalu sebungkus dupapun terbeli. Dua ribu rupiah, berbalut kertas minyak warna kuning dengan bau yang khas. 5 menit duduk dibangku kayu Rumah Juru Kemudi. Penasaran dan setengah tak sabar menanti Pak Haryadi yang akan meramal kami. Intinya adalah ramalan tentang kesehatan, rezeki, karir dan jodoh.

Pak Har menanyai kami dengan simultan. Dimulai dari nama, usia, pekerjaan, pacar dan keinginan. Jari tengah tangan kanannya seakan menulis jawaban di atas marmer meja persembahan. Lalu ia pun berbalik. Sekarang ia menghadap kedalam dan memulai ritual. Kaki kirinya disilangkan kebelakang dihentakkan ke lantai sebanyak 3 kali. Bersamaan dengan tepukan tangan pada bokor emas berkepala naga bercabang tiga tempat menancapkan dupa.

Lalu ia mulai mengocok toples kayu berisi puluhan bilah bambu bertuliskan nomor kertas ramalan. Terus dan terus hingga satu bilah bambu terpilih jatuh dan harus diambil. Bilah bambu terpilih kemudian diletakkan di bibir bokor. Tangan pak Har lalu meraih sinpwe yang kemudian dilemparkan ke udara. Bila sinpwe jatuh pada posisi terbuka dua-duanya, maka artinya dewa sedang menertawakan permohonan. Namun bila sinpe terbuka dan tertutup permintaan direstui. Tiba giliran saya, rupanya dewa sekali tertawa sebelum akhirnya merestui bilah bambu bernomor 31. ”Jangan terlalu emosi ya, sebentar lagi akan bertemu dengan seseorang,” ujarnya sambil menepuk bahu saya. Aha !

Sampai pada akhirnya kami menemukan sebuah pintu besar berwarna merah. Spot yang cantik untuk foto keluarga. Sebelum kami menumpang angkot jurusan Gedung Batu Johar, untuk mencari makan siang. Pilihan kami adalah Tahu Gimbal di daerah Depok. Sepiring Tahu Pong Emplek Telur seharga 13.500 rupiah mempu membuat kami ’ketahuan’, istilah yang saya pinjam dari mbak Ina. Maaf, saya lupa namanya warungnya, tapi yang jelas depot tahu gimbal yang kami kunjungi ini memiliki 2 lantai dan lantai keduanya berAC.

Maneqin-Maneqin Buntung Giauw Hien, 17.35 WIB

Awalnya saya hanya kagum pada jendela di sebuah rumah toko di Jalan Gajah Mada. Jendelanya berbentuk persegi dengan kaca patri yang terbuka keatas. Sejurus saya menghentikan langkah. “Berhenti sebentar ya, itu ada jendela lama,” pinta saya pada Yoppie, Ina dan Glend. Entah tiba-tiba mata saja tertuju pada etalase kaca dengan 4 buah boneka pajang, Bapak Ibu dan 2 anak.  Sebuah toko kuno yang membuat saya ingin melangkah masuk.

Awalnya kami ragu untuk masuk. Tetapi, rasa penasaran dan hasrat memotret jauh lebih tinggi ketimbang rasa ngeri. “Udah masuk aja, ketimbang penasaran,” ujar Yoppie. Saat kaki kanan melangkah masuk, kami serentak berucap salam. “Permisi..” Pada saat itu pula 4 mannequin menatap lekat-lekat bersamaan dengan dengan datangnya sang empunya Toko, Cik Ana Santosa.

Beruntung, Cik Ana menyambut ramah. ”Ini wae, apik lho cocok mbek badanne situ,” ujarnya berpromosi sambil menyodorkan sebuah kemeja motif sulur pakis. Padahal mata saya justru sibuk melihat sekeliling toko yang menurut saya sangat orisinil. Serasa terlempar pada era 70an.

Semakin ke dalam dan kami pun segera menjelajah. Baju-baju yang dijual ditata dengan ala kadarnya. Bertumpuk pada meja kaca kayu jati yang berdebu tebal. Kami tatap lagi maneqin-maneqin itu. Tampak semakin menyeramkan setelah sadar bahwa anggota badan maneqin tersebut sudah tidak lengkap. Buntung di tangan, kaki, badan dan kepala. Belum lagi melonggok kamar pasnya. Kecil, tanpa lampu dengan cermin berjamur. “Ini beneran toko bukan sih ?” tanya kami dalam hati.

Berbagi Es Krim di Oen, 19.20 WIB

5 menit berlalu menyusur jalan Gajah Mada menuju Es Krim Oen di kawasan Sri Ratu. Sepanjang jalan kami masih saja membicarakan kemisteriusan Giauw Hien sambil menenteng tas kresek berisi 5 potong baju baru nan berdebu. ”Nanti dari Oen kita balik lagi aja ke Giauw, ben nggak penasaran,” usul saya tiba-tiba.

Setibannya di Oen, tanpa perlu dikomando masing-masing dari kami memilih menu ice cream yang berbeda. Ada Oen Special, Rum Raisin dan 2 rasa lain yang kemasannya sangatlah menawan. 4 sendok pun bersilangan dan berbuntut gumaman. ” Leker !”

Night Trip Lawang Sewu, 20.30 WIB

Urung ke Kota Lama kami beringsut ke Lawang Sewu. Meski sebelumnya kami menghabisakan hampir setengah jam sendiri untuk bernegosiasi. Gedung tua ini sempat membuat kami maju mundur antara takut dan berani.

Guide perjalanan malam kami bernama Pak Agus. Pria berusia sekitar 40an ini sudah kami sumpah untuk tidak menceritakan hal yang menakutkan saat didalam. Beliau baru boleh bercerita saat tur usai. ”Pak, nanti ceritanya kalau sudah diluar saja ya pak, ampun teng lebet,” pinta saya dengan wajah memelas.

Dan disini pula saya membuktikan hitungan tentang kisi jendela & pintu peninggalan Belanda. Ilmu yang saya dapat dari Mas Yoan. Jumlah kisinya tepat berjumlah 26. ”Oh gitu to mbak, saya malah nggak tahu,” kata Pak Agus sambil mangut-manggut.

Bersambung...

Gang Baru & Kisah tentang Selendang Kehidupan




Beberapa wanita tua dan paruh baya hilir mudik di Gang Baru pagi itu. Melingkar di pundak lehernya selendang bermotif tumbar pecah yang warnanya telah memudar. Sesekali selendang itu dikibas-kibaskan kearah leher untuk mencari angin. Meski rambut telah digelung, keringat itu tetap saja membuat sumuk.

Mereka kemudian bergerombol sambil menunggu calon pelanggan. Ada yang duduk selonjor tak sedikit yang berdiri. Ada pula yang memilih menghadang di bibir gang sambil berkelakar dengan pengemudi becak atau berkeliling. Sebuah usaha penuh harap.

Setiap hari, berteman selembar selendang dan sebuah tenggok bambu mereka bekerja sebagai buruh gendong. Sebuah pekerjaan yang membutuhkan kekuatan, kesabaran dan keuletan. Daya juang seliat benang-benang tumbar pecah. Pelajaran penting bahwa rejeki bukanlah suatu hal yang datang begitu saja dari langit.

Gang Baru Semarang, 18 Mei 2008

Friday, May 23, 2008

Maneqin-Maneqin Buntung Giauw Hien




Ini bermula dari rasa kagum saya pada jendela di sebuah rumah toko di Jalan Gajah Mada. Jendelanya berbentuk persegi dengan kaca patri yang terbuka keatas. Sejurus saya menghentikan langkah. “Berhenti sebentar ya, itu ada jendela lama,” pinta saya pada Yoppie, Ina dan Glend. Entah tiba-tiba mata saja tertuju pada etalase kaca dengan 4 buah boneka pajang, Bapak Ibu dan 2 anak. Sebuah toko kuno yang membuat saya ingin melangkah masuk.

Awalnya kami ragu untuk masuk. Tetapi, rasa penasaran dan hasrat memotret jauh lebih tinggi ketimbang rasa ngeri. “Udah masuk aja, ketimbang penasaran,” ujar Yoppie. Saat kaki kanan melangkah masuk, kami serentak berucap salam. “Permisi..” Pada saat itu pula 4 mannequin menatap lekat-lekat bersamaan dengan dengan datangnya sang empunya Toko, Cik Ana Santosa.

Beruntung, Cik Ana menyambut ramah. ”Ini wae, apik lho cocok mbek badanne situ,” ujarnya berpromosi sambil menyodorkan sebuah kemeja motif sulur pakis. Padahal mata saya justru sibuk melihat sekeliling toko yang menurut saya sangat orisinil. Serasa terlempar pada era 70an.

Semakin ke dalam dan kami pun segera menjelajah. Baju-baju yang dijual ditata dengan ala kadarnya. Bertumpuk pada meja kaca kayu jati yang berdebu tebal. Kami tatap lagi maneqin-maneqin itu. Tampak semakin menyeramkan setelah sadar bahwa anggota badan maneqin tersebut sudah tidak lengkap. Buntung di tangan, kaki, badan dan kepala. Belum lagi melonggok kamar pasnya. Kecil, tanpa lampu dengan cermin berjamur. “Ini beneran toko bukan sih ?” tanya kami dalam hati.

Koleksi baju yang dijualpun sangat menarik. Modelnya kuno dengan harga terjangkau (atau mungkin memang benar-benar kuno). Sepotong kemeja dibandrol 15 ribu rupiah. Sedangkan sepotong gaun tanpa lengan dilepas dengan harga 10 ribu rupiah. Tempat yang tepat untuk memborong wardrobe band seperti Sandalaras. Dan selain ajaib, toko yang berdiri sejak tahun 1983 ini adalah paket komplet. Selain baju, tersedia pula tas tangan wanita dan botol susu.

Bagi penggemar baju-baju vintage dengan nuansa yang orisinil, silahkan mengunjungi Cik Ana di Jalan Gajah Mada Semarang.

Thursday, May 22, 2008

Menanti Mentari di Borobudur




Anak tangga Borobudur tampak semakin raksasa subuh itu. Belum ada cahaya, hanya mengandalkan tangan dan dengan meraba batu yang dingin berembun. Akhirnya langkah pun terhenti di puncak candi yang menjadi simbol kebangkitan manusia ini.

Semua keluh dan peluh lenyap setelah memandang hamparan keindahan di seluruh penjuru mata angin. Sepoi angin perlahan menerobos sela-sela daun telinga. Silir.

Menghadap arah datangnya mentari, 4 Bhikku dengan bersembahyang. Khusyuk tanpa merasa terganggu dengan puluhan kamera yang mengepung dengan sopan. Masing-masing melaksanakan pekerjaan hati dengan saling menghormati.

Sunrise itu akhirnya kami nikmati. Serasa candi itu hanya milik kami. Sinar hanya yang datang bersamaan dengan nyanyian perut yang semakin meninggi saja.


ps: Kali pertama merekam Prosesi Waisak 2008. Rangkaian terakhir Central Java Trip bersama Yoppy Pieter, Ina Hapsari dan Glend si Abang Warteg.

Friday, May 16, 2008

Piknik [lagi] di Atas Bukit

Start:     May 31, '08 07:00a
Location:     Candi Abang
ada yang mau ikut?

Tuesday, May 13, 2008

Jogja; once upon a time, on a bright sun shiny day




Awan-awan yang seakan bilang “Fit, rangehen aku” alias gapailah aku. Selamat datang kemarau. Jadilah sahabat yang menyenangkan. Sisakanlah air di tempat-tempat yang memang memerlukan.

Minggu, 11 Mei 2008

Monday, May 12, 2008

Majemu'an

Start:     May 24, '08 07:00a
End:     May 25, '08
Location:     Giriloyo Imogiri Bantul

Piknik di Atas Bukit




Memandang alam dari atas bukit, sejauh pandang kulepaskan. Sungai tampak berliku, sawah hijau terhampar bagai permadani di kaki langit. Gunung menjulang, berpayung awan. Oh, indah pemandangan..


Piknik kemarin sangat mempesona. Diatas bukit Candi Abang tikar tergelar. Bekal makanan dan peralatan tempurnya tertata apik dengan sentuhan cita rasa fotografis yang sedikit ala kadarnya. Maklum, saya belum terbiasa motret dengan wardrobe yang super lengkap.

Sejauh mata memandang, tiga gunung seakan menyapa saya. ”Fitri, apa kabar ?” katanya.

ps:
Sebenarnya, sesuai rencana awal kami (Indie, Mira, Angga dan saya) berniat piknik di lapangan bola dekat bandara. Tapi terpaksa batal karena resiko sit-up yang jelas terbayang.

Semua foto yang ada Fitrinya diambil oleh Aria Dewangga.

other link : http://www.trulyjogja.com/index.php?action=tips.detail&tips_id=14

Friday, May 9, 2008

Hilir Mudik




semua berlalu..
mencari dan melepas sekeping asa untuk hari ini

dr. lantai 3 pasar beringharjo

Thursday, May 8, 2008

Pisang Sajen




tak ada lagi tawa pelan..
tak ada lagi rengek dengan suara yang tertahan..
tak ada lagi senyuman brebes mili saat tahu cucu terbandelnya sudah bekerja...
ah..sudah hampir setahun rupanya..

ps:
Pisang ini adalah sajen untuk prosesi bedah bumi (menggali liang lahat) saat simbah putri saya meninggal. Ujung pisang diberi bunga setaman (mawar, kantil, kenanga dll).

http://www.flickr.com/photos/rachmasafitri/562325598/

Tuesday, May 6, 2008

Plesir sambil Kerja ke Pekalongan

Start:     May 9, '08 06:00a
End:     May 10, '08
Nderek mlampah ibu-ibu pembatik imogiri studi banding ke pekalongan;
1. Batik Wirokuto di Kemplong Wiradesa
2. Batik Oey Soe Tjoen di Kedungwuni
3. Pasar Grosir Setono


ps: thanks mbak Vivi dan JHS

Monday, May 5, 2008

Balada Perempuan dan Sebuah Pesawat Terbang




“Cita-citamu apa Nduk?”, tanya Ibu Djilah guru TK saya suatu ketika. “Saya mau jadi kenek motor mabur bu,” jawab saya lantang. “Itu namanya Pramugari,” jelasnya kemudian sambil terpingkal.

ps: cita2 itu tinggal cita-cita sejak kakak sepupu saya bilang nggak ada pramugari yang punya bekas knalpot 3 buah di tempat yang sama. huhuhu

http://www.flickr.com/photos/rachmasafitri/950380562/

Friday, May 2, 2008

Wisata Ice Cream & Motret Waisak

Start:     May 17, '08 08:00a
End:     May 20, '08
Location:     Semarang & Magelang
need to be confirmed

Malioboro dan Seorang Pria Santun Bergitar

Seorang pria datang dari arah timur, menyeberang perempatan Tukangan dari Jalan Bung Tarjo bakda magrib tadi malam. Tangan kirinya menggenggam erat gitar warna coklat muda menenggelamkan tubuhnya yang mungil. Jalannya sedikit gontai, mungkin ia kelelahan. Ada 2 tas yang dibawanya. Satu tas gitar berwarna biru tua dan tas kecil diselempang ke kiri berlawanan arah dengan gitar.

 

Awalnya ia tampak ragu-ragu menyeberang. Langkahnya kaki sempat mundur sekali. Gojak-gajek. Akhirnya kakinya melenggang menuju depan SD Tukangan yang berdinding mural. Pandangannya lurus, cenderung menunduk. Hanya sekali ia menoleh kearah deretan kuda besi dengan kilatan lampu yang sudah pasti menjadikannya bak aktor di sebuah panggung teater.   

 

Meski hanya membaca gerak bibirnya, saya tahu bahwa iya bertanya arah Malioboro kepada 2 bapak penarik becak yang sedang menunggu penumpang. Jarak kami terpaut 5 meter, tak lebih. Motor saya ada di barisan terdepan dekat zebra cross. Maklum, saya gagal ngebut mengejar lampu bangjo.

 

Ia sangat santun. Badannya membungkuk sambil kedua tangannya ditelangkupkan menjadi satu didepan dada. Gitar dibiarkan menggantung sesaat. “Badhe tanglet, menawi Malioboro niku arah pundi ?“ tanyanya. Punggungnya kembali membungkuk dan kedua tangannya kembali bersatu saat ia beroleh jawaban. Lampu jalan masih mengijinkan saya melihat senyumnya yang terkembang.

 

Langkahnya seperti dipercepat menuju Malioboro. Tempat yang mungkin akan menjadi rumahnya untuk beberapa hari. Rumah yang akan diisi dengan petikan gitar, senandungnya dan kesantunannya. Selamat berjuang kawan !

 

 

Prapatan Tukangan, 01 Mei 2008