Friday, May 2, 2008

Malioboro dan Seorang Pria Santun Bergitar

Seorang pria datang dari arah timur, menyeberang perempatan Tukangan dari Jalan Bung Tarjo bakda magrib tadi malam. Tangan kirinya menggenggam erat gitar warna coklat muda menenggelamkan tubuhnya yang mungil. Jalannya sedikit gontai, mungkin ia kelelahan. Ada 2 tas yang dibawanya. Satu tas gitar berwarna biru tua dan tas kecil diselempang ke kiri berlawanan arah dengan gitar.

 

Awalnya ia tampak ragu-ragu menyeberang. Langkahnya kaki sempat mundur sekali. Gojak-gajek. Akhirnya kakinya melenggang menuju depan SD Tukangan yang berdinding mural. Pandangannya lurus, cenderung menunduk. Hanya sekali ia menoleh kearah deretan kuda besi dengan kilatan lampu yang sudah pasti menjadikannya bak aktor di sebuah panggung teater.   

 

Meski hanya membaca gerak bibirnya, saya tahu bahwa iya bertanya arah Malioboro kepada 2 bapak penarik becak yang sedang menunggu penumpang. Jarak kami terpaut 5 meter, tak lebih. Motor saya ada di barisan terdepan dekat zebra cross. Maklum, saya gagal ngebut mengejar lampu bangjo.

 

Ia sangat santun. Badannya membungkuk sambil kedua tangannya ditelangkupkan menjadi satu didepan dada. Gitar dibiarkan menggantung sesaat. “Badhe tanglet, menawi Malioboro niku arah pundi ?“ tanyanya. Punggungnya kembali membungkuk dan kedua tangannya kembali bersatu saat ia beroleh jawaban. Lampu jalan masih mengijinkan saya melihat senyumnya yang terkembang.

 

Langkahnya seperti dipercepat menuju Malioboro. Tempat yang mungkin akan menjadi rumahnya untuk beberapa hari. Rumah yang akan diisi dengan petikan gitar, senandungnya dan kesantunannya. Selamat berjuang kawan !

 

 

Prapatan Tukangan, 01 Mei 2008

8 comments: