Dulu, payung kertas berlukis bunga ini menjadi primadona. Hampir semua wanita di Tasikmalaya berteman payung saat bepergian ke pasar atau surau untuk mengaji saat cuaca yang bersahabat di lingkungan yang masih terjaga. Lain dulu lain sekarang. Menurut Mak Cicih, perajin payung geulis di Payingkiran Indihiang Tasikmalaya si geulis kalah pamor setelah masuknya payung hitam dari Cina. Payung impor berbahan plastik ini memang lebih tahan lama bila dibandingkan dengan payung kertas berangka bambu ini.
Mak Cicih (82th) adalah generasi tertua perajin payung geulis. Meski berusia lanjut, Mak Cicih masih sangat produktif yaitu melukis 40 buah payung dalam sehari. Bersama menantunya Warsono, nenek ini tekun menjalankan usaha kerajinan payung dengan melayani pesanan untuk pasar lokal, Bandung dan Bali. Permintaan payung geulis memang tidak setinggi 30 tahun yang lalu karena saat ini fungsinya bergeser menjadi barang dekorasi.
Seni menjadi satu hal yang tidak bisa lepas dari payung geulis. Payung ini memiliki keunggulan dari segi tampilan yang kaya warna, rumit dan kompleksitas pembuatan yang tinggi. Satu buah payung geulis ini merupakan hasil kerjasama dari 7 orang perajin dengan spesialisasi berlainan yaitu pada proses pembuatan rangka, penjalinan, pemasangan kertas, pengecatan awal, melukis ornamen, pemasangan asesoris tambahan dan finishing. Rumit bukan?
apik iki fit
ReplyDeleteasyik nih dit
ReplyDeletemenarik sekali... nemu aja spot kaya gini... :)
ReplyDeletelokasinya persisnya dimana ini mbak?
yg moto geulis juga?
ReplyDeletehehehe....
kayak payung jepang...
ReplyDeletetapi gak bisa dipake waktu ujan nih...
ntar bolong-bolong hihihi...
ini keren fit ...
ReplyDeletecoba lebih wide lagi ... si mak diantara puluhan karya seninya ... hehehe
cakep ...
ReplyDeleteframing???
ReplyDeletesuka yang ini ...
ReplyDeleteitu anakknya atau ???
ReplyDeletedetailnya asik ...
ReplyDeletePengen.. bisa dibeli di mana payungnya kalo di jogja?
ReplyDeletedi desa Panyingkiran, Indihiang Tasik. 300 meter dr hotel Aden, jalan RE. Martadinata
ReplyDeletesayangnya enggak sama sekali mas..hehee
ReplyDeleteiya, sayangnya pas ujan Ga..
ReplyDeletemaksudnya memang framming, tp sepertinya nggak dapet ya Ga?
ReplyDeletekerabatnya Ga, jadi 3 perajin yang tersisa sodaraan semua. Namanya pak Toni.
ReplyDeleteaku berencana pesen dr Tasik.. mau?
ReplyDeletedan payung-payung ini menjadi material paling menarik di pameran-pameran kerajinan indonesia di Afrika Selatan...
ReplyDeleteoh ya? semoga pasar internasional bisa menjadi trigger eksistensi kerajinan ini
ReplyDeleteMau! Ntar kita bahas lagi pas ketemu- Cups (new milky moo) udah mo buka di jl.gayam.. dateng yaaaaa..
ReplyDeletehebat!
ReplyDeletehayuuuuk......jadwalin kapan yaaah...nti blusuk2 jogja!!
ReplyDeletesuka angle-nya.. 8->
ReplyDeleteKompo yang cerdas
ReplyDeletewew pada.....main kesini jugaik
ReplyDeletemakasih mbak nina..:D
ReplyDeletekalo saja backgroundnya penuh payung ya mas... hehee.. suwun
ReplyDeleteati2 fit ama dia....:d
ReplyDeleteiya, baik sekali anglenya...
ReplyDeleteia, aku juga suka...
ReplyDeletewah.., tangannya itu lho...mantab...
ReplyDeletekemarin kesini sama nico ya...? :D
ReplyDeletemantabbb nihhhh
ReplyDelete