Friday, December 19, 2008

Payung Geulis; Seni Rumit dari Bumi Tasik




Dulu, payung kertas berlukis bunga ini menjadi primadona. Hampir semua wanita di Tasikmalaya berteman payung saat bepergian ke pasar atau surau untuk mengaji saat cuaca yang bersahabat di lingkungan yang masih terjaga. Lain dulu lain sekarang. Menurut Mak Cicih, perajin payung geulis di Payingkiran Indihiang Tasikmalaya si geulis kalah pamor setelah masuknya payung hitam dari Cina. Payung impor berbahan plastik ini memang lebih tahan lama bila dibandingkan dengan payung kertas berangka bambu ini.

Mak Cicih (82th) adalah generasi tertua perajin payung geulis. Meski berusia lanjut, Mak Cicih masih sangat produktif yaitu melukis 40 buah payung dalam sehari. Bersama menantunya Warsono, nenek ini tekun menjalankan usaha kerajinan payung dengan melayani pesanan untuk pasar lokal, Bandung dan Bali. Permintaan payung geulis memang tidak setinggi 30 tahun yang lalu karena saat ini fungsinya bergeser menjadi barang dekorasi.

Seni menjadi satu hal yang tidak bisa lepas dari payung geulis. Payung ini memiliki keunggulan dari segi tampilan yang kaya warna, rumit dan kompleksitas pembuatan yang tinggi. Satu buah payung geulis ini merupakan hasil kerjasama dari 7 orang perajin dengan spesialisasi berlainan yaitu pada proses pembuatan rangka, penjalinan, pemasangan kertas, pengecatan awal, melukis ornamen, pemasangan asesoris tambahan dan finishing. Rumit bukan?

34 comments:

  1. menarik sekali... nemu aja spot kaya gini... :)
    lokasinya persisnya dimana ini mbak?

    ReplyDelete
  2. kayak payung jepang...
    tapi gak bisa dipake waktu ujan nih...
    ntar bolong-bolong hihihi...

    ReplyDelete
  3. ini keren fit ...

    coba lebih wide lagi ... si mak diantara puluhan karya seninya ... hehehe

    ReplyDelete
  4. Pengen.. bisa dibeli di mana payungnya kalo di jogja?

    ReplyDelete
  5. di desa Panyingkiran, Indihiang Tasik. 300 meter dr hotel Aden, jalan RE. Martadinata

    ReplyDelete
  6. sayangnya enggak sama sekali mas..hehee

    ReplyDelete
  7. maksudnya memang framming, tp sepertinya nggak dapet ya Ga?

    ReplyDelete
  8. kerabatnya Ga, jadi 3 perajin yang tersisa sodaraan semua. Namanya pak Toni.

    ReplyDelete
  9. dan payung-payung ini menjadi material paling menarik di pameran-pameran kerajinan indonesia di Afrika Selatan...

    ReplyDelete
  10. oh ya? semoga pasar internasional bisa menjadi trigger eksistensi kerajinan ini

    ReplyDelete
  11. Mau! Ntar kita bahas lagi pas ketemu- Cups (new milky moo) udah mo buka di jl.gayam.. dateng yaaaaa..

    ReplyDelete
  12. hayuuuuk......jadwalin kapan yaaah...nti blusuk2 jogja!!

    ReplyDelete
  13. kalo saja backgroundnya penuh payung ya mas... hehee.. suwun

    ReplyDelete
  14. wah.., tangannya itu lho...mantab...

    ReplyDelete