Penderitaan Fara (Fara Nafisa Sahra) bermula dari penyakit usus buntu pada tanggal 6 October 2007. Tepat sebulan setelah gadis lincah ini berulang tahun. Setidaknya telah dilakukan 3 kali operasi dan puluhan kali pemasangan kantong pembuangan kotoran di perut Fara. 6 bulan sudah Fara terbaring dan dirawat dengan penyakit Post Laparotomi Exsplorasi Gizi buruk tipe marasmik,Burst Abdomen, Anemia Normositik Nomokramil dan Sepsis (infeksi sekunder). Waktu yang cepat bagi penyakit sekaligus rentang sangat panjang bagi Fara dan orang tuanya untuk berjuang demi kesembuhan.
Ketika Fara Minta Permen
“Tante, minta permen tante ?” rengek Fara sedikit berteriak. ”Permen Tante, ambilin disitu Tante,” ucapnya lagi. Suaranya lantang dibalik badannya yang semakin kurus. Berat badan Fara sekarang hanya 7 kilo, turun 6 ons dari berat seminggu lalu.
Sabtu kemarin (22/03/08) kondisi Fara sedikit memburuk. Luka mengangga di perutnya mengalami pendarahan. Ini karena jumlah trombositnya hanya 1000, jauh dari angka normal 150.000. Ketika menyingkap selimut khususnya, pampersnya penuh darah. Setidaknya ada lima terminal selang di tubuh kecil Fara. Transfusi darah dan aneka cairan untuk memacu kestabilan tubuhnya menemani tabung oksigen dan penghangat badan.
”Nanti Tante beliin permen, tapi bibirnya jangan digigit ya Nduk!” ucap kami serentak. Bibir mungil itu sekarang seperti sedang bergincu. Fara memang gemar menggigit bibir hingga sampai berdarah. Maklum, kulitnya sekarang sensitif, mudah sekali terluka karena sel darah putih ditubuhnya jauh berkurang.
Mbak Dwi, teman ibunda Fara yang menjaga gadis mungil ini sore itu. Ia tampak sabar menjawab permintaan Fara akan permen, minum dan memiringkan tubuhnya. Ada dua shift yang bergantian menjaga Fara setiap harinya selain orang tua Fara, Mbak Irva dan Mas Iwan.
”Fara, Tantenya pulang dulu ya,” ucap saya memandang mata Fara yang semakin cekung. Komplikasi penyakit membuat gadis berusia 3,5 tahun ini terlihat sayu. Pipinya yang dulu temben berubah menjadi tirus. ”Besok Tante kesini lagi bawa permen, tapi Fara janji ya jangan gigit bibir lagi,” ujar saya sambil melambai dan berjalan menjauh. ”Permen..,” terdengar lagi di lorong ruang PICU Sardjito saat kami melepas jubah berwarna merah jambu. Teriakannya semakin nyaring.
Keikhlasan Sang Bunda dan Perjuangan Keluarga
Menyambangi rumahnya setelah dari rumah sakit, Mbak Irva menyambut kami dengan hangat. Tapi saya tak berjumpa dengan bapak Fara. Mas Iwan sedang pergi ke rumah sakit mengurus transfusi darah. Kami tlisipan.
Lega rasanya melihatnya tersenyum. Senyum untuk kesembuhan Fara. 6 bulan terakhir adalah waktu panjang yang penuh airmata. Tapi bulan terakhir ini tangis itu coba ditahan. ”Fara itu perasa, kalau saya sedang marah atau sedih raut mukanya pasti langsung berubah”, cerita wanita asal Semarang ini.
”Dulu saya sering menyesal karena kehilangan masa kecil Fara, tapi sekarang saya sudah ikhlas,” ucap Mbak Irva pelan. Irva tidak lagi ngotot atas kesembuhan yang cepat bagi putri sulungnya ini. ”Beberapa bulan lalu kondisinya stabil, panas tubuhnya misalnya, jadi saya sangat yakin Fara bisa pulih segera,” ucapnya sambil sesekali menyandarkan kepalanya di meja.
”Terus terang melihat kondisi Fara sekarang saya masih tak kuasa menangis,” jelas Irva. Setengah tahun ini memberinya pelajaran untuk belajar ikhlas dan berserah kepada Tuhan. ”Saat Fara koma, kami bergantian membaca Yasin dan surat-surat pendek ditelinganya,” ucapnya kemudian.
Sampai hari kemarin, total terkumpul dana hampir 400 juta untuk kesembuhan Fara. Separuhnya telah digunakan untuk melunasi biaya operasi, rumah sakit dan obat-obatan. Dana yang belum dipakai akan digunakan untuk melunasi biaya rumah sakit terakhir dan pengobatan Fara kedepan. Menurut perhitungan saya melihat kondisi Fara, dana tersebut masih kurang untuk kesembuhan menyeluruh Fara. ”Kami terimakasih sekali dan kami akan tetap berusaha bekerja dan berjuang untuk Fara, bagaimanapun ini beban,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Nama Baru Fara; Sebuah Doa Kesembuhan
Sekarang Fara berubah nama. Fara Nafisha Sahra diganti menjadi Fara Bagas Renata yang artinya ”gadis yang terlahir kembali sehat dan ceria”. Eyang kakung Fara yang mengurus akta perubahan namanyanya di Semarang, tempat gadis cilik ini dilahirkan pada 7 Sepetember 2004.
Di Jawa memang ada kepercayaan tentang pergantian nama bila terjadi sakit atau kondisi lain yang tidak diharapkan. Beberapa mengistilahkan ”kabotan jeneng” atau nama yang diberikan tidak tepat atau terlalu berat untuk si anak. Setelah berganti nama, semoga anak tersebut mendapat berkah dari arti nama tersebut. Begitupula Fara. ”Semoga saja nama baru ini jadi doa kesembuhan Fara,” ucap Irva penuh harap. Amien.
Selasa Malam 25/03/08, sepulang dari Sardjito dan Pakuningratan bersama Sisca Nasastra Gafri. ”Cepat sembuh ya Nduk, nanti tak boncengke beli permen yang banyak”.
PS:
Buat kawan-kawan yang bersimpati pada Fara baik dengan doa, saran ataupun dukungan finansial, bisa menghubungi saya lewat jalur pibadi, email dan telepon (rachma.safitri@gmail.com & 0818465717). Apapun bantuan kawan-kawan akan kami sampaikan langsung pada Mbak Irva dan Mas Iwan (orangtua Fara). Bantuan doa kawan-kawan sangat dibutuhkan untuk kesembuhan Fara Bagas Renata. Melihatnya kembali ceria, seperti arti namanya, Fara.
semoga fara cepet sembuh ya mba..hiks..masih berkaca2 bacanya
ReplyDeleteterimakasih mbak, semalam saya juga ngampet nangis
ReplyDeletemoga cepet sembuh ya Nduk..
ReplyDelete"Fit, copas ya? sapa tahu ada yang mo bantu..
Semoga cepet sembuh Fara...
ReplyDeleteFit.........dah ga tahan, pengen njenguk Fara dan smoga temen2 juga bisa membantu.
ReplyDeleteKita kontek ke kamu ya....
tfs
~ya Allah...sembuhkanlah, angkatlah penyakit Fara. amien~
cepet sembuh ya , Fara. Dan, keluarganya senantiasa dikuatkan.
ReplyDeleteikut mendoakan dek.... ini yach yang membuat berangkat ke sardjito kemarin?
ReplyDeletefit, aku copi tulisanmu ke blog mu-
ReplyDeletethank ya fit
Fotonya mana Fit?
ReplyDeletesemoga cepet sembuh fara...
ReplyDeleteyup, silahkan... terimakasih doanya
ReplyDeleteterimakasih mas Yuli
ReplyDeletesilahkan monggo, terimakasih. Fara butuh doa..
ReplyDeletesaya japri ya.. (cuman bisa motret pake hp)..
ReplyDeletemakasih mas Afandi, nanti saya sampaikan ke keluarga Fara
ReplyDeleteiya mas.. makasih doanya ya..
ReplyDeleteterimakasih mas Agung
ReplyDelete”Semoga saja nama baru ini jadi doa kesembuhan Fara”
ReplyDeleteAmin...
makasih mas Daud.. amien
ReplyDeleteSemoga Allah mengangkat penyakit-mu 'Fara' dan Allah memberikan kekuatan pada orang tuanya. Amin.............
ReplyDeleteterimakasih .. suwun ya
ReplyDeletesemoga cepat sembuh....
ReplyDeletebuat orang tuanya agar diberi kesabaran juga dalam menghadapi cobaan ini...
iya, makasih mas Bimo..
ReplyDeleteBuat Fara..Semoga cepat sembuh yaa dik...
ReplyDeleteBuat Mbak Irva dan Mas Iwan..Semoga tetap diberikan kesabaran dan keihklasan dalam menghadapi cobaan ini...
Mbak Fitri..Akoe minta ijinnya utk copy blog ini yaa...
monggo mas Andy, terimakasih sebelumnya
ReplyDeletesmoga fara cepat sembuh ya fit ... salam buat dia ...
ReplyDeletemerinding euy bacanya ....
mau nangis .. tapi kok udah g punya air mata .. hiks ...
nih tisunya mas..
ReplyDeletebesok tak sampaiin salamnya.., makasih ya
yah, saya doain supaya cepat sembuh. kasihan sekecil itu sudah harus menderita. salam saya tuk fara, mbak.
ReplyDeleteNamanya bagus sekali.....semoga cepat sembuh ya.
ReplyDeleteFit, aku langsung coba sms kamu ni... kalau ada nomor ini: ntar aku (+1 909-----)
suwun doanya mas..besok saya print halaman ini buat keluarga Fara :D
ReplyDeletenggak masuk mbak Kiki, more about Fara nanti saya email aja..
ReplyDeleteinnalillahiwainnailaihi raajiunn....
ReplyDeletesmoga fara tersenyum di akhirat sana
mba irva & mas iwan tetap diberi ketabahan
turut berduka cita..
ReplyDeletesemoga fara diterima disisi Allah SWT, Amin.