Sunday, August 31, 2008

Jogja Fashion Week 2008; Catwalk at Palace




Sabtu lalu (30/08), babak final Jogja Fashion Competition pun digelar. Belasan perancang busana muda berlomba dengan memadupadankan unsur modernitas dan tradisi dalam tema besar 'Retro Jogja'. Jogja Fashion Competition adalah salah satu program acara Jogja Fashion Week 2008 yang berlangsung dari tanggal 27-31 Agustus 2008 di Pagelaran Kraton Yogyakarta.

Taken with Canon 1000D 18-55mm

Thursday, August 28, 2008

Futsal; Sial atau Spesial?




Inilah jadinya kalau seseorang yang sangat takut pada olahraga disuruh motret liga futsal. Ibarat kata “ra ono apik-apike blas”. Apalagi karena malah justru kena timpuk bola sebanyak dua kali. Semakin tidak mudeng. Pertanda apa ini?

Yovie & The Nuno; saya justru bersenandung




Huhuhu..lagi-lagi remuk. Pertama saya masih “ajaran” dan cenderung sangat tidak sabar. Dan mungkin diperparah oleh ketidakfokusan saya pada hal yang hendak saya kejar. Entah, adalagi faktor X yang turut andil pada ketidakfokusan saya. Tiada lain tiada bukan adalah efek lapar ditambah putusnya urat malu dengan ikut-ikutan nyanyi (meski suaranya juga tak kalah remuk).

Oh ya, foto-foto ini saya persembahkan khusus pada dua orang kakak perempuan saya (semoga tidak malu punya adik ketemu gede seperti saya), Vivi dan Mumpuni. Semoga kelak jodohnya mirip-mirip seperti Dudi dan Dikta, dua lelaki yang kalian idolakan. Setidaknya kaos kakinya sama. Peace Nona-Nona...Hehehe...

Wednesday, August 27, 2008

Ari Lasso; an energetic night




Kini...usai sudah sgala penantian panjangku
Setelah temukanmu duhai kekasihku (baruku)

Upps, bukan maksud apa-apa. Saya lagi dipinjami kamera. Dan tentu saja masih ndak habis pikir, kok ya ada orang yang tega nian melepaskan kamera baru bin gres kenyes-kenyesnya buat saya. Ibarat motor, saya kedapuk "nganyari" atau test drive. Pokoknya diminta belajar sampai puas.

Tiba saatnya mencari acara yang bisa sekaligus untuk latihan memotret. Tapi, kesempatan ini malah jadi ketakutan baru buat ibu saya. Sampai-sampai saya tidak diijinkan pulang tengah malam naik motor sendiri saat Konser Ari Lasso ini. Dibanding kemungkinan anak perempuannya hilang (bisa pula ditambahi awalan meng-fit), beliau justru lebih khawatir keselamatan kamera yang statusnya NA alias "namung ampilan" ini. ”Mengko diterne kakangmu wae, soale dudu kameramu Nduk!” sarannya ketika saya pamitan.

ps: Manual dengan Canon 1000D EFS 18 – 55 mm IS
Berhubung, masih payah dalam metering lighting apalagi hasilnya jauh dari stage shootnya mas gede/lensahati, jadi silakan dikritik.

Tuesday, August 26, 2008

Monday, August 25, 2008

My August Portrait


photo by: Nico R. Haryono

appologize to Nico atas in-framenya saya.. lain kali lagi ya? hehehe

Wednesday, August 20, 2008

Wayang Topeng Bobung




Panji Asmarabangun adalah salah satu tokoh dalam Lakon Panji Krama pada pementasan Wayang Topeng dari Desa Bobung Patuk Gunungkidul. Sebuah atraksi seni tradisi dari desa wisata dengan andalah kerajinan topeng kayu.

Tuesday, August 19, 2008

Friday, August 15, 2008

Dirgahayu, Berkibarlah Benderaku


Photo by: C. Aris Tantono

Hari ini, Jumat Kliwon (15/08), saya sepaham dengan pendapat seorang pembaca Kedaulatan Rakyat yang berharap bahwa bendera partai harap mengalah dulu dengan membiarkan merah putih leluasa berkibar.

Selain ruang yang sempit, bendera merah putihpun kalah besar dibanding bendera partai yang sepertinya menjadi penguasa beraneka sudut di ruang publik.

Dulu, seperti lukisan saya 18 tahun yang lalu, merah putih masih menjadi raja. Memang, waktu itu hanya ada 3 partai dengan situasi bahwa angka kemenangan sudah pasti bisa diramalkan sebelumnya. Tapi setidaknya tetap terlihat besar saat bersanding dengan umbul-umbul atau rontek hasil swadaya kampung.

photo by : C. Aris Tantono
ps: saat saya lomba lukis di atmajaya mrican th 1990

Thursday, August 14, 2008

...for every single moment...

we have to cherish every single moment.. good or bad.. and embrace it as a process towards brighter days..

 

Wednesday, August 13, 2008

Pentas Seni Tradisi; Wayang Topeng Gunungkidul

Start:     Aug 15, '08 8:00p
Location:     Halaman Taman Budaya Yogyakarta
lakonnya Panji Krama

Monday, August 11, 2008

Pentas Seni Tradisi; Srandul Purba Budaya

Start:     Aug 13, '08 8:00p
Location:     Halaman Taman Budaya Yogyakarta
Srandul Purba Budaya adalah seni teater tradisional yang masih bisa dijumpai di kecamatan Kotagede Yogyakarta. Terbagi menjadi 3 babak permainan yang diawali dengan sesaji dan tarian pembukaan.

Pentas Seni Tradisi; Bangilun Putra

Start:     Aug 12, '08 8:00p
Location:     Halaman Taman Budaya Yogyakarta
Bangilun adalah kesenian tradisional sebagai syiar agama dan dakwah yang lahir di dusun Nglinggo, Pagerharjo, Samigaluh Kulonprogo pada tahun 1955. Sempat terhenti saat pecah G30SPKI tahun 1965 namun kembali hadir setelah konflik politik tersebut mereda di tahun 1966 sampai dengan sekarang.

Friday, August 8, 2008

Ketika Bidadari Menyapa Thea




“Pecah pamore !” teriak lantang Ibunda Thea diakhir prosesi siraman sambil membanting kendi. Wadah air dari tanah liat beruntai roncean melati itupun pecah dengan sukses. Pada saat bersamaan, ucap syukur bersahutan menemani senyum yang terkembang.

Menemani Thea saat prosesi Siraman dan Midodareni menjadi pengalaman lain yang juga mendebarkan. Terutama, saat sisi melankolis ingin ikut bermain. Dan ternyata saya berhasil untuk tak ikut-ikutan menangis ketika sungkeman berlangsung.

Thursday, August 7, 2008

Ulang Tahun Ibuk ke 47

Start:     Aug 8, '08 06:00a
Location:     rumah
permintaannya masih sama seperti tahun lalu: ingin anaknya lulus kuliah dan lebih sering dirumah..


Wednesday, August 6, 2008

Deleilah; tak ingin pulang dari pesta




Teater Deleilah besutan Joned S menghadirkan cerita tentang perjuangan hidup 3 biduan cantik Happy, Rosi dan Luna di Cafe Metro. Cafe ini berarti banyak bagi perbaikan ekonomi dan status mereka di kalangan sesama waria. Happy, Rosi dan Luna menjadi primadona dan magnet untuk menarik pelanggan.

Konflik muncul ketika Metro terancam diubah menjadi bioskop dan memaksa ketiganya melakukan exit strategy. Happy memilih berkonsentrasi dengan paguyuban waria yang pelan-pelan bisa menjadi media advokasi paling mujarab dibanding LSM abal-abal. Luna hijrah ke Jakarta dan moncer sebagai perancang busana. Sedangkan Rosi tetap tinggal di Yogyakarta dengan tetap sebagai penyanyi tunggal.

Bagian yang paling menarik dari Teater Deleilah adalah potongan cerita flash back dari kehidupan masa lalu Happy, Rosi dan Luna. Skenario Puthut EA menggambarkan secara serius tentang pelecehan dan kekerasan yang dialami oleh ketiganya pada masa kecil dan remaja. Misalnya saja saat Happy remaja dipaksa untuk melakukan oral seks oleh laki-laki dewasa yang berdalih akan mengajarinya main Gitar. Dan bisa jadi, omongan-omongan tak cerdas yang ada selama ini terhadap kaum waria karena masyarakat tidak pernah mengetahui sebab akibat yang dialami.

ps: assignment for www.trulyjogja.com/over & shaking/taken with panasonic lumix FZ30/iso 400/manual/speed seper 10/bukaan besar/

http://www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=11&news_id=1406

Deleilah; Satu Jalan Meluruskan Stigma

Wis nyicil ayem mbak,” ujar Kusuma Ayu, sesaat di lobi Societet  Militer TBY Selasa malam (5/8). Ayu, selama 2 bulan terakhir ini menjelma menjadi sosok lain bernama Rosiana. Ia adalah pemeran utama pertunjukan ”Teater Deleilah; tak ingin pulang dari pesta” yang menjadi acara penutup Festival Kesenian Yogyakarta 2008.

 

Bersama 7 waria lainnya dan pemain teater muda kota Yogya, mereka menyajikan konsep yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebuah suguhan pentas teater dengan memadukan kebolehan dalam olah tubuh, akting dan olah vokal. Hal ini patut dibanggakan setelah hampir selama 3 tahun terakhir hanya terlibat di FKY adalah sebagai peserta pawai pembukaan dan mengisi panggung pasar seni dengan lomba karaoke dan fashion show. 2 acara yang sayangnya masih saja diselingi dengan suara-suara dan terikan tak cerdas dari para penonton.

 

Sesuai harapan banyak orang, pada pertunjukan perdana khusus untuk undangan dan media semalam, suara-suara tersebut tak lagi terdengar (tentu saja semoga juga tidak terdengar pada 2 malam berikutnya dan waktu-waktu kedepan-fit). Justru yang menggema adalah ucapan selamat atas kepiawaian mereka beraksi diatas panggung. Ayu menuturkan bahwa pentas kali ini memang dipersiapkan dengan matang. 2 bulan mereka giat berlatih. Keseriusan tersebut selain sebagai bentuk totalitas dalam berkesenian tetapi juga sebagai usaha advokasi pada kelompok transseksual. 

 

Semakin terbukanya masyarakat pada kaum waria melalui akses media dan advokasi memang menjadi jalan untuk meluruskan pandangan minor yang ada selama ini. Ayu mengatakan bahwa selama ini stigma di masyarakat adalah waria hanya bisa ada di jalanan alias cebongan. ”Sebenernya kita tuh juga punya potensi untuk akting dan nyanyi,”  jelas Ayu kemudian. 

 

Teater Deleilah besutan Joned Suryatmoko menghadirkan cerita tentang perjuangan hidup 3 biduan cantik Happy (diperankan oleh Arum Marischa), Rosi dan Luna (Maria Alda Novika) di Cafe Metro. Cafe ini berarti banyak bagi perbaikan ekonomi dan status mereka di kalangan sesama waria. Happy, Rosi dan Luna menjadi primadona dan magnet untuk menarik pelanggan.

 

Konflik muncul ketika Metro terancam diubah menjadi bioskop dan memaksa ketiganya melakukan exit strategy. Happy  memilih berkonsentrasi dengan paguyuban waria yang pelan-pelan bisa menjadi media advokasi paling mujarab dibanding LSM abal-abal. Luna hijrah ke Jakarta dan moncer sebagai perancang busana. Sedangkan Rosi tetap tinggal di Yogyakarta dengan tetap sebagai penyanyi tunggal.

 

Bagian yang paling menarik dari Teater Deleilah adalah potongan cerita flash back dari kehidupan masa lalu Happy, Rosi dan Luna. Skenario Puthut EA menggambarkan secara serius tentang pelecehan dan kekerasan yang dialami oleh ketiganya pada masa kecil dan remaja. Misalnya saja saat Happy remaja dipaksa untuk melakukan oral seks oleh laki-laki dewasa yang berdalih akan mengajarinya main Gitar. Dan bisa jadi, omongan-omongan tak cerdas yang ada selama ini terhadap kaum waria karena masyarakat tidak pernah mengetahui sebab akibat yang dialami. 

 

 

ps: fotonya menyusul/free pass with assignment for www.trulyjogja.com/dan saya sempat salah masuk gedung

 

Pentas ini wajib ditonton tgl 6 atau 7 Agustus 2008, real show pasti lebih seru dengan penonton yg banyak. Silahkan reservasi tiket agar tidak kehabisan di (0274) 587712.

 

Monday, August 4, 2008

Dan Ngengatpun Bisa Memilih




Pada bulir-bulir padi aku hinggap sesaat pagi ini. Aku lebih memilih pada sepetak sawah di selatan kota. Tidak seperti daerah kota yang bising dan penuh polusi udara. Ya, buatku wilayah ini yang masih menyisakan kesegaran meski kadang ada bau sangit dari asap pembakaran sekam di sentra pembuatan bata.

ps: Suatu pagi menjelajah Banguntapan Bantul bersama Nico R. Haryono. Resize only & taken with Canon EOS 400D digital & Lensa Tamronnya Denny.