Thursday, September 25, 2008

Libur Panjang Menjelang Lebaran

Besok saya libur. Lumayan panjang dan menyenangkan.

 

Saatnya tiba untuk jalan-jalan ke stasiun Tugu dan Lempuyangan melihat adegan romantis tragis seperti kebiasaan saya saban tahun.  Ada perpisahan berpasang-pasang kekasih, semangat para porter yang terus berlari dan senyum tulus bu Poniyem dan tawaran nasi bungkusnya.

 

Segera ingin beringsut ke Pasar Demangan. Jalan kaki beriringan ”nrabas dalam” dengan para tetangga. Berbelanja ketupat luar, jenis ketupat lonjong harus selalu ada, seperti selongsong ketupat yang digantungkan diatas pintu utama rumah-rumah jawa.

 

Saatnya pula ikut-ikutan pawai takbiran, meski hanya sebagai penggembira…

 

 

ps:

  1. Berhubung bapak dan ibu saya “peknggo”, saya tidak mudik dan pasti ada dirumah. Jadi, bila suatu saat ndilalah lewat deket-deket rumah saya, silakan mampir ya. Meski ayam presto dan pupu bakarnya akan absen untuk beberapa hari, setidaknya ada aneka cemilan dan ketupat opor ayam.
  2. Buat semuanya, sampai ketemu lagi minggu kedua bulan depan ya.  Selamat Idul Fitri, mohon maaf atas semua kesalahan.

Sunday, September 21, 2008

YuK! Tolak RUU Pornografi

Start:     Sep 22, '08 2:00p
End:     Sep 22, '08 5:00p
Location:     Depan Gedung Agung
Forum YOGYAKARTA untuk KEBERAGAMAN (YuK!) akan melakukan hearing, performance, orasi, pembacaan pernyataan sikap bersama menolak RUU Pornografi.

Forum YOGYAKARTA untuk KEBERAGAMAN (YuK!), yang terdiri lebih dari 100 Jaringan Masyarakat Sipil di Yogyakarta dengan tegas MENOLAK keberadaan Rancangan Undang-Undang Pornografi (RUUP), bukan saja karena substansi dan isinya yang masih disemangati oleh rancangan undang-undang sebelumnya (RUUAPP), namun juga karena RUUP bukan merupakan jawaban tepat atas permasalahan pornografi yang merajalela di Indonesia, kurang implementatif, dan berpotensi menimbulkan masalah baru di masyarakat.

Friday, September 19, 2008

Pak Panija Primadona Panggang




Sabtu dua pekan lalu (06/09), saya bertemu Pak Panija. Beliau adalah juru kunci telaga Gumulingsari sekaligus penjaga system air fotovoltaik bertenaga matahari yang memompa mata air sungai Pringgosari didusun Giritirto Panggang Gunungkidul.

Pak Panija dan Telaga Gumulingsari adalah dua primadona Panggang. Pasalnya, hampir setiap kemarau dua lokasi ini menjadi langganan liputan para wartawan, baik cetak maupun elektronik. Setidaknya ada 13 nama wartawan yang beliau tulis di papan kayu sebagai kenang-kenangan.

Diusianya yang ke 72, beliau masih sangat bersemangat meski sedang menjalankan puasa. Setiap hari, selain berjaga beliau masih mengerjakan order membuat “ganda” atau ukiran penanggalan jawa untuk atap rumah.

Hiburannya tatkala “nglangut” adalah berdendang lagu jepang. “Kulo naming saged nyanyi tok, ning mboten ngertos artine,” ujarnya disela-sela dendangnya. Kehebatan seni lainnya adalah melukis kaca dengan tokoh pewayangan seperti Petruk Kantong Bolong dan Semar. Sebuah kebahagiaan bertemu seorang bertalenta ganda.


ps: Manual with Canon EOS 1000D - Gunungkidul Trip 6 September 2008.


Walking Home




A couple is walking through “Plengkung Gading” nearly midnight to get their house at Krapyak. A peaceful route before meet their children.

http://jogjaportrait.com/people-3/walking-home/

Tuesday, September 16, 2008

Ajeng's Wedding Party

Start:     Oct 11, '08 10:00p
Location:     Balai Shinta
sekalian reunian SD dan SMA

Prepegan

Start:     Sep 30, '08 04:30a
Location:     Pasar Demangan dan Pasar Kranggan
Bakda Subuh, jalan kaki ke Pasar Demangan beli ketupat kosongan sama Ibu.
Jam 5an, naik becak ke Pasar Kranggan, menikmati lenggangnya jalan dan suasana "prepegan".

Mencari Takjil di Pasar Kotagede

Start:     Sep 17, '08 5:00p
Location:     Pasar Kotagede
sembari mencari info ttg malam selikuran dan upacara takbiran

Monday, September 15, 2008

Parade Kemiskinan

Judul diatas mencuplik statemen Cendekiawan Muslim, Syafi’i Antonio saat diskusi di sebuah TV swasta semalam. Dua kata tersebut menjelaskan tragedi pembagian zakat di Pasuruan yang menelan korban 21 orang wanita. Mereka meninggal mengenaskan karena terijak, kehabisan oksigen dan kehilangan tenaga saat berdesakan untuk memperoleh sekantung beras atau sejumlah uang yang jumlahnya tak lebih dari lima puluh ribu rupiah. Terlepas dari niat baik yang berzakat, kejadian tersebut mempertajam pencitraan sebuah parade kemiskinan ”aku yang kaya kamu yang miskin”.

Sederet pertanyaan lantas mengusik saat jeritan para pengantri zakat diputar berulang-ulang di hampir semua stasiun televisi. Apakah ini masalah menurunnya moral ? Apakah karena ketidakpercayaan pada badan amil zakat ? Apakah karena arogansi personal untuk kepentingan tertentu? Apakah karena  kesalahan sistemik dari pemerintah dengan UU zakat yang nanggung?

Insiden; Sudah Lupa Tuh !

Saya sependapat pula dengan Imam Prasojo dengan tidak menyebut kejadian kemarin adalah sebuah insiden. Kecenderungan pemaknaan insiden adalah kejadian menjadi sebuah permakluman dan akan segera mudah dilupakan karena sifatnya yang insidental.

Boleh dibilang, kita adalah negara yang memang jarang belajar dari pengalaman. Bila menoleh lagi, ada banyak kejadian serupa yang juga menelan korban jiwa. Hampir setiap tahun selalu terjadi tanpa ada tindakan mitigasi terkecuali ucapan duka cita yang hampir seperti pembelaan diri.

Managemen Resiko Pembagian Zakat Massal

Saya tak habis pikir bagaimana mekanisme berpikir sebagian orang yang lebih menyukai acara masal bagi-bagi zakat. Satu hal yang pasti adalah pemberi zakat kebanyakan lebih menitik beratkan pada pada kuantitas dibanding kualitas. 1000 orang lebih mungkin lebih bermakna dibanding 10 orang dengan konsep bantuan zakat yang berkelanjutan bagi mereka.

Oleh karena, mungkin perlu inisiasi dalam hal mitigasi dengan membuat managemen resiko untuk semua kegiatan yang melibatkan massa. Jadi tidak hanya soal pembagian zakat, tetapi juga kegiatan seni dan budaya seperti konser musik atau semisal upacara rayahan Grebeg di Jogja yang beresiko besar. Tentu saja, koordinasi yang mantap juga perlu diperhatikan sebagai sebuah bagian dari managemen. Istilahnya ”cucul duit setitik ketimbang ilang nyowo”. 

Holocaust Rising; tlapakane podo mambu getih, wong mati wes ra medeni

Start:     Oct 14, '08 8:00p
End:     Oct 15, '08
Location:     Societet Militer - TBY
Saturday Acting Club present Holocaust Rising, karya dan disutradarai oleh Rossa R. Rosadi

http://jemeksupardi.multiply.com/journal/item/68/AWASS_bakal_terjadi_pembunuhan_besar-besaran_di_Yogya

Wish List Menikah Muda

Hari ini, ada sebuah kabar bahagia dari seorang sahabat. Namanya Linda, ia mengabarkan kalau Ajeng, salah satu kawan kami akan menikah tanggal 11 bulan depan. Linda, Ajeng dan saya dan dua orang lain yaitu Lina dan Cisca memproklamirkan diri menjadi sahabat saat kami SMA. Meski sebenarnya, antara saya, Ajeng dan Cisca sudah kenal sejak bangku sekolah dasar. Malah salah satu dari mereka, bersama-sama sejak TK. Jadi, wajar bila suatu waktu saya jadi bulan-bulanan setelah cerita rambut kribo dan Nike Ardila tersebar diantara mereka.

 

Kabar ini sempat membuat saya mengingat beberapa keinginan yang dulu menjadi topik hangat baik pada buku diary atau omongan tidak penting kami. Salah satu topik hangatnya selain isu inisasi bisnis dan exit strategy setelah lulus SMA  yaitu soal keinginan untuk menikah muda. Kalau diingat lagi, diskusinya sepanas debat calon presiden di beberapa stasiun TV akhir-akhir ini. Masing-masing kepala punya argumentasi yang berbeda tentang menikah muda.

 

Menyeberang lagi ke 5 tahun lalu adalah saat masing-masing mencitrakan dirinya seperti sosok lain yang menurut kami sempurna. Citra tersebut menjadi pemacu kami untuk memenuhi sederet wish list yang sekarang sedang coba kami raih satu persatu. Seperti yang akan dicapai Ajeng bulan depan. Selamat ya Jeng, doakan agar wish listku juga bakal segera bisa dikeluarkan dari daftar.

Friday, September 12, 2008

Momotaro by Margasari




Momotarō (桃太郎) is a popular hero from Japanese folklore. His name literally means Peach Tarō; as Tarō is a common Japanese boy's name, it is often translated as Peach Boy. (wikipedia)

narasinya menyusul ya :D

ps: Nonton bareng Bapak di Societet Militer TBY. Taken with manual by Panasonic FZ30

Wednesday, September 10, 2008

Ngapunten




Katur kagem Bapak dan Ibuk, nyuwun ngapunten kalau saya nggak ingat kalau kemarin itu ulang tahun perkawinan yang ke 24. Bukannya nggak perhatian, saya cuman nggak "gatekan".

Sekalian juga mau minta maaf kalau kebiasaan "mblayang" juga masih belum berkurang. Jadi, masih harus sering-sering sabar menunggu dan membuka pintu regol saban malam. (maklum, saya belum dilepas bawa kunci sendiri).

ps: Tidak seperti biasanya dengan "patah" atau pengipas pengantin laki-laki remaja. Lazimnya, "patah " adalah anak perempuan usia 5 sd 12 tahun.

saat untuk menghilang

Start:     Sep 20, '08 06:00a
Location:     tba
saat saya ilang wudelnya, pengen pergi ke suatu tempat yang belum terindentifikasikan lokasi..

Thursday, September 4, 2008

Diantara Tustel; Sebuah Ketekunan




Tidak seperti saya yang tergolong bukan perempuan telaten, dua ibu tetap tekun pada tustel.

ps: tustel adalah sebutan buat alat tenun bukan mesin.

Wednesday, September 3, 2008

buka bersama

Start:     Sep 4, '08 6:00p
Location:     tentative, cowmad maybe

Tuesday, September 2, 2008

Kasongan; Dua Generasi




Selain ingin belajar [lagi] naik sepeda, saya juga ingin bisa buat keramik. Setidak-tidaknya menjadi bagian generasi kedua seperti Jaret, bocah berkaus oranye.

Nyadran di Santren; Mengirim Doa dan Berbagi Berkat




Ratusan orang berbondong-bondong meninggalkan komplek masjid dan makam Krapyak dusun Santren desa Gunungpring Muntilan Sabtu (30/08). Sebaskom makanan berukuran tanggung yang terbungkus taplak dibawa untuk oleh-oleh rumah sebagai wujud berkat prosesi nyadran.

Nyadran oleh warga dusun Santren diselenggarakan pada hari Sabtu Kliwon di bulan Ruwah sebagai sebuah tradisi ziarah kubur sebelum memasuki bulan Ramadhan. Bagi warga Santren, ritual ini wajib dilakukan selain sebagai ajang silaturahmi juga sebagai bentuk “ngabekti” pada leluhur.

Pada ritual Nyadran, masing-masing warga Santren ataupun warga diluar Santren yang memiliki waris di makam Krapyak membawa makanan yang disebut “berkat”. Berkat yang dimaksud adalah 2 macam makanan yang nantinya akan dibagi pada seluruh peserta nyadran yaitu penganan tradisional atau jajan pasar dan nasi dengan lauk pauk lengkap.

Nyadran diawali dengan melakukan ziarah kubur di makam yang tepat berada di sebelah utara masjid. Kemudian setelah selesai berdoa, mereka langsung menuju komplek masjid untuk mengikuti ceramah dan tahlil. Tahap terakhir adalah saling membagi berkat yang sebelumnya telah dikumpulkan kepada panitia. Nyadran menjadi momentum penting saat warga Santren siap menjalankan Ibadan puasa.


Canon 1000D 18-55mm

ps: Terimakasih untuk seluruh Panitia Nyadran Santren dan om Tamsir untuk senyum yang terkembang dan 2 piring jajan pasar plus teh hangatnya.

Monday, September 1, 2008

Saya dan Timbunan Dosa

Selain banyak makan, saya juga banyak dosa. Selain dari pada itu, kecrigisan saya pada banyak hal juga turut ambil bagian. Berhubung ramadan ini bulan puasa, jadi Om Tante semuanya, mohon maafnya ya.

ps: kapan-kapan atur buka puasa bersama di marhaen yuk?

 

Gunungkidul Trip

Start:     Sep 6, '08 08:00a
Location:     Gunungkidul