Thursday, May 28, 2009

Garibaba's Strange World Dunia Fantasmo Mozo-Mozo

Start:     Jun 7, '09 8:00p
Location:     Concert Hall - Taman Budaya Yogyakarta
Garibaba's Strange World adalah sebuah pertunjukan tari-teater dengan komposisi musik dan pemanggungan yang menceritakan kehidupan yang serba ganjil, belum pernah terlihat dan serba 'terbalik'.
Garibaba's Strange World menampilkan sejumlah seniman tari, teater, visual, dan musik dari Padang, Bandung, Solo dan Yogyakarta.

Karya & Sutradara : Hiroshi Koike
Penutur Cerita : Slamet Gundono

Informasi dan Reservasi:
Teater Garasi : Ratri (0274) 415844
Taman Budaya : (0274) 523512

Monday, May 25, 2009

Bali

Start:     Jun 10, '09 04:00a
End:     Jun 15, '09

Wednesday, May 20, 2009

Menjemur Harapan




Seorang Ibu sedang mengeringkan batik tulis dengan pasta indigovera. Batik dengan warna alam, salah satunya Indigovera sedang digalakkan di beberapa sentra batik di Yogyakarta. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pendapatan perajin batik serta meminimalisir pencemaran lingkungan karena penggunaan pewarna kimia.

Tuesday, May 19, 2009

Selamat Jalan...

17 Oktober 2008,

 

Belum sempat saya menulis tentang cerita tentang betapa menariknya pencarian sebuah dasi untuknya tepat dimalam sebelum akadnikahnya, dia sudah pergi. Waktu itu, jalanan sudah lenggang. Maklum, sudah hampir setengah sebelas malam. Pintu-pintu toko di sepanjang jalan solo menuju malioboro sudah tertutup rapat. Termasuk pintu kayu sebuah kios khusus grosir dasi di ujung Abubakar Ali.

 

Alhadullilah, telepon saya dijawab oleh sang pemilik kios. Ya, saya akhirnya memutuskan untuk menelepon nomor handphone yang tertulis di papan nama.  Rupanya, dia sudah dalam kendaraan menuju rumah. “Begini pak, kakak saya mau menikah besok pagi, dan belum punya dasi,” jelas saya mengiba tepat sebelum telepon itu terputus.

 

Tak sampai 5 menit, nomor si bapak menghubungi saya. Rupanya tadi beliau menghubungi salah seorang pegawainya untuk membuka kembali kiosnya buat kami. ”Karyawan saya sebentar lagi kesitu, tunggu ya”, ucapnya buru-buru.

 

Dari arah kampung Gemblakan Bawah, karyawan yang ditunggu pun datang. Mbak Yanti namanya. Senyumnya tulus, jauh berbeda dari bayangan kami sebelumnya. Maklum, kami berpikir mungkin dia sedikit jengkel karena sudah terlelap saat perintah ini datang. 

 

Kamipun bergegas memilih, meski sempat berkali-kali binggung menentukan warna dasi. Sampai akhirnya sebuah dasi bernama biru tua seharga 20 ribu. Saya masih ingat dia  menolak saat saya memilihkan dasi yang lebih mahal. ”Rasah larang-larang, kan cuma dipakai sekali,” ucapnya pendek.

 

5 tahun lalu, Diujung Selokan Mataram

 

Berbekal kamera poket dan FM10 kami plesir bersama. Hunting perdana kami adalah menyusuri selokan mataram. Rute yang sama seperti plesir saya beberapa waktu lalu dengan seorang sahabat.

 

1997, kafe 17

 

Sepulang dari kursus bahasa Inggris, dia menjemput saya untuk test food di kafe 17. Ini adalah kafe pertama anak muda di Yogyakarta.

 

26 Maret 2009,

 

Tepat di pagi saat saya memakai kemeja yang ternyata kembar, dia justru pulang. Kemeja flanel kotak-kotak yang tak sengaja terbeli saat diskon besar-besarnya tepat malam sebelumnya. Persiapannya matang, termasuk pamit pada saat lewat sebuah mimpi yang baru saya sadari sekarang.

Friday, May 15, 2009

Nguras Sendang Selirang




Ini adalah kali pertama upacara Nguras Sendang Selirang Kotagede disemarakkan dengan Kirab Budaya pada hari Minggu, 26 April 2009 lalu. Ruas-ruas jalanpun macet, disesaki warga masyarakat yang terlibat atau yang hanya menonton acara ini.

Barisan prajurit (acap disebut bregodo kotagede) membuka kirab yang dimulai di halaman depan balai desa Jagalan. Dibelakangnya disusul arak-arakan gunungan yang berisi hasil bumi dan makanan tradisional. Tak hanya kipo, aneka jajanan khas kotagede lain seperti yanko, banjar dan ukel juga mengisi gunungan.

Selanjutnya, kirab menuju Masjid Mataram. Disinilah ratusan pengunjung berebut gunungan, meski sedianya oleh panitia gunungan ini tidak untuk dirayah. Prosesi ini berbarengan dengan upacara serah terima 3 buah gayung (siwur) oleh abdi dalem yang kemudian akan digunakan untuk simbolisasi menguras Sendang Putri, Sendang Kakung dan Kolam di dalam Masjid Mataram.

Thursday, May 14, 2009

Tiga Rasa




saat rasa cemas,bahagia dan sedih datang pada satu waktu yang bersamaan



candid.15 before the "akad nikah".dedicated to my beloved brother and my new sister.

Adu Jago




Adu ayam menjadi hal yang tidak terpisahkan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Hobi inipun tak surut meski pandemi virus flu burung menjadi momok terutama bagi negara-negara beriklim tropis seperti yang terlihat di Pasar Johar Semarang.

Tuesday, May 12, 2009

Tangis Nyetrum Jamu Cekok




Pagi itu, belum genap jam enam pagi. Belasan orang tua dengan anak-anak tahun sudah antri di kios Jampi Tradisional Kerkop, jalan Brigjen Katamso Yogyakarta. Sebagian lagi menunggu di trotoar. Maklum kios ini berbentuk memanjang menyerupai lorong dengan lebar 1,5 meter. Meski sempit, setiap harinya hampir 100 balita usia 8 s/d 3 tahun mengantri jamu seharga 2000 rupiah.

Rupa-rupa ekspresi para bocah ini. Kebanyakan tenggelam dalam gendongan dengan wajah gelisah. Ada yang lincah berlarian, tanpa wajah takut akan pahitnya jamu. Tak sedikit pula yang sudah mulai menangis meski baru saja tiba.

”Tangisannya nyetrum”, ucap Bu Jirah salah satu peramu sambil memeras jamu dalam sapu tangan ke mulut seorang bayi. Sedikit memaksa sehingga kemudian disebut ”cekok”. Tangis inilah yang lalu menular pada bayi-bayi yang lain.

Pahit jamu ini diperoleh dari campuran ramuan daun pepaya, temu ireng, temu giring, puyang dan dlingo blengle. Menurut Bu Jirah, jamu cekok paling laris adalah cekok batuk pilek dan endak-endak cacing. Menyusul dua ramuan cekok lainnya yaitu cekok untuk penambah nafsu makan dan pencegah sariawan.

Sebenarnya, kios jamu milik keluarga Zaelali ini tidak hanya menyediakan jamu cekok bagi para balita. Setidaknya terdapat 23 jamu lainnya seperti jamu Uyub-uyub untuk ibu menyusui, jamu Sawan Tahun untuk para orang tua dan jamu Galian Putri khusus untuk wanita remaja. Jamu untuk segala usia.

Thursday, May 7, 2009

Weaving a Future




Selera pasar boleh naik turun, tapi ini tidak berlaku bagi para penenun tradisional. Meski tidak seterkenal batik, produktivitas tetap tinggi.