Berkaus singlet dan bertelanjang kaki, Nyoman Dadek mulai meratakan pasir yang berada tepat didepan bedeng garam semi permanent miliknya. Cuaca mulai terik saat ia beranjak menuju bibir pantai sambil memikul teku, wadah air laut yang terbuat dari pelepah nira. Ini adalah aktivitas keduanya hari ini setelah sebelumnya beristirahat. Proses yang sama telah dilaluinya pada pagi hari, tepat setelah surya mulai bersinar di pantai Kusamba, Klungkung Bali.
Tak sampai lima menit, teku telah penuh dengan air laut. Air laut tersebut lalu disiramkan diatas pasir yang sebelumnya telah diratakan. Ia berjalan maju sambil menggoyangkan teku-teku yang dipikulnya. Hal sama dilakukakan berulang kali sampai seluruh pasir berikuran 4x10 meter tersebut basah. Cuaca menjadi kunci dalam proses pembuatan garam di Kusamba mengingat proses ini hanya mengandalkan sinar matahari.
Sinar matahari akan membuat pasir yang telah basah tersebut tercampur dengan sempurna. Air resapannya yang bercampur pasir kemudian dikumpulkan dalam sebuah ceruk berpipa bambu didalam bedeng bambu. Air resapan kemudian akan menetes dari bilah bambu menuju tempat penampungan. Terdapat 2 tempat penampungan dengan sistem penyaringan sederhana sebelum nantinya air tersebut akan dijemur diatas lembaran karet hitam untuk menghasilkan butiran kristal garam.
Nyoman adalah satu dari puluhan petani garam tradisional yang masih bertahan ditengah gempuran garam pabrikan. Meski tak seramai dulu, ia tetap akan melakoni pekerjaan ini dengan sepenuh hati. Suami dari Nyoman Kani ini menuturkan bahwa profesi yang telah digeluti selama hampir 30 tahun ini adalah usaha turun temurun dari ayahnya.
Saat ini, ada dua sistem penjualan yang dia jalankan bersama istrinya. Selain tetap setia dengan menjual garam melalui perantara, ia juga melayani penjualan langsung. Pembelinya tidak hanya masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan yang membeli garam sebagai buah tangan. Pasalnya bedeng miliknya terletak tak jauh dari Goa Lawah, salah satu objek wisata andalah kabupaten Klungkung Kota Semarapura.
langsung suka....
ReplyDeleteFAV
bagus Fit,aku suka versi siluetnya....
ReplyDeletekomposisi yg manis...
ReplyDeletesip sip.... kalo dilihat, jejak kakinya jalan lurus ya... kaya model2 catwalk ;))
ReplyDeletecakep bgt warnanya.... tapi kok agak soft ya mbak Fit?
ReplyDeletejadi inget petani garam di buku ekspedisi jalan daendels ...
ReplyDeletekereeennnn.....
ReplyDeletekakinya in line ...
komposisi yg menarik... Ini mesti ftgrafernya suka landscape tapi pengen motret human interest... jdnya orgnya kecil dgn porsi langit yg besar ...:))))
ReplyDeletebagus banget essaynya... :)
ReplyDeletebagus banget ya
ReplyDeletebeuhhhhhh
ReplyDeletegendleb action....,
astaga!!!! :O
ReplyDeletelangitnya cantik
ReplyDeletegubuknya emang peyot ato distorsi lensa?
ReplyDeletememang peyot tapi juga karena distorsi lensa.. ini pake wide lense 10 - 24 mm. kali pertama pake lensa lebar..:D
ReplyDeleteiya, kok jadi softnya. ori filenya tajem lho.. sebentar, mungkin resize process yang salah
ReplyDeleteiya, .. coba saya yang jalan, pasti 'menggak-menggok' ndak karuan..
ReplyDeletehahahahaha, ketahuan ya mas. Iya, niat hari mau prakter ilmu setelah 4 hari di Jembrana belajar landscape.. tapi remuk hasilnya
ReplyDeletedobel berarti
ReplyDeleteiya mas.. ambilnya juga dari bawah, sayanya jongkok
ReplyDeletelebih tajem ya klo pake wide lens gini. jd pengen :D
ReplyDeletehuntinge kok adoh?
ReplyDeleteaku justru suka distorsinya... apalagi kalau motret langit yang ada awannya... wah....
ReplyDeleteck ck ck mas Andi sampai segitunya... :))
ReplyDeletekalau saya sih lihat komposisinya, cakep banget
ini pas sekalian workshop foto di bali mas.. extend hari, terus jalan ke sini :D
ReplyDeletessstt... Mbak... horisone agak miring... sama kayak saya, kalau lagi asik motret sering lupa memperhatikan horison
ReplyDeletehehehe..penyakit menular :D, iya. terlalu fokus sama si bapak..
ReplyDeletekayaknya satu foto portrait Nyoman Dadek akan menyempurnakan mini essay foto ini...
ReplyDeleteitu dia.. portraitnya shake ndak karuan.. :((
ReplyDeletewah... eman yo Mbak
ReplyDeletehohoh..aku suka ini fit....gimanaaaaaaaaaaaaa gitu
ReplyDeleteapik tenannn
ReplyDeletepol..nyeselnya..
ReplyDeleteGaramnya mana fit? masih campur pasir ya?
ReplyDeleteiya masih nyampur, belum ada yang jadi pas saya datang..
ReplyDeleterasanya pasti kruwes2 asin ya... plus pasir soalnya hehehe...
ReplyDeleterasah dibayangke..nanti butiran kristalnya putih kok..:D
ReplyDeletehuwaaaa............
ReplyDelete*sik sik....siap2 tissue sik, otomatis ngeces iki*
handuk wae..
ReplyDeleteini mantap ini
ReplyDeletewah...bisa jongkok???.... wah wah..... =p
ReplyDeletekereen
ReplyDeletehehehehe..bisa merangkak juga lho..:D
ReplyDeleteBisa minta contact person petani kusamba? saya berminat untuk membeli garam kusamba.. trims
ReplyDelete