Teater Deleilah besutan Joned S menghadirkan cerita tentang perjuangan hidup 3 biduan cantik Happy, Rosi dan Luna di Cafe Metro. Cafe ini berarti banyak bagi perbaikan ekonomi dan status mereka di kalangan sesama waria. Happy, Rosi dan Luna menjadi primadona dan magnet untuk menarik pelanggan.
Konflik muncul ketika Metro terancam diubah menjadi bioskop dan memaksa ketiganya melakukan exit strategy. Happy memilih berkonsentrasi dengan paguyuban waria yang pelan-pelan bisa menjadi media advokasi paling mujarab dibanding LSM abal-abal. Luna hijrah ke Jakarta dan moncer sebagai perancang busana. Sedangkan Rosi tetap tinggal di Yogyakarta dengan tetap sebagai penyanyi tunggal.
Bagian yang paling menarik dari Teater Deleilah adalah potongan cerita flash back dari kehidupan masa lalu Happy, Rosi dan Luna. Skenario Puthut EA menggambarkan secara serius tentang pelecehan dan kekerasan yang dialami oleh ketiganya pada masa kecil dan remaja. Misalnya saja saat Happy remaja dipaksa untuk melakukan oral seks oleh laki-laki dewasa yang berdalih akan mengajarinya main Gitar. Dan bisa jadi, omongan-omongan tak cerdas yang ada selama ini terhadap kaum waria karena masyarakat tidak pernah mengetahui sebab akibat yang dialami.
ps: assignment for www.trulyjogja.com/over & shaking/taken with panasonic lumix FZ30/iso 400/manual/speed seper 10/bukaan besar/
http://www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=11&news_id=1406
Keyeeen nduk..
ReplyDeleteApalagi bisa liat langsung ya....
TOP... lha kok entuk moto fit? khusus pers ya?
ReplyDeleteaksinya memang seru mbak... i wish you were here..
ReplyDeletehehe..iya, tgl 5 kemarin..
ReplyDeletekayaknya makin serius motret panggung ya Mbak...
ReplyDeleteapik-apik tenan...
hehehe...ndilalah banyak pentas yg bisa dipotret mas.. tantangannya paling gede..
ReplyDeletewah iki mesti pentas pertama thooo malam tadi gak boleh di potret kiiii....hikshikshiks....
ReplyDeleteho.. pentas perdana, khusus undangan dan media.. td malam ramai ya?
ReplyDeletewuiiihh.....wis handal saiki yo jeng... :)
ReplyDeletewah iki kancaku hehehhe sing mbok-mbok kuwi... wis suwe ra pentas ternyata yoo lumayan hehehehheehe... ada foto yang tampak depan nggak mbak.... boleh minta dungs asal gratis ehhehheh...
ReplyDeletethanks sebelumnya....
ketoke pas bagian iki akeh sing gagal..coba mengko tak goleki sik mas..
ReplyDeletendilalah pas rodo anteng wae mbak-mbake.. hehehe
ReplyDeleteenake nang Jogja yo ngono Mbak....
ReplyDeletenang Palembang jarang banget ono pentas2 je...
motret seng normal2 wae fit...., hahahahahahaha
ReplyDeleteserem....
ReplyDeletelagi arep nonton mengko mbengi jam wolu..
ReplyDeletentar malem nontooooonnn...
ReplyDeletejangan salah, ini juga normal
ReplyDeleteiya, kemarin motretnya sambil sesekali merem
ReplyDeletehati hati sama metering lightnya :D, agak hilang detail diwajah yang kesorot lampu itu..
ReplyDeleteekspresinya bagus dapetnya
loh hihihi.. lucu
ReplyDeleteteater iki mesti saru!
ReplyDeleteenggak kok..nggak saru...
ReplyDeleteiya mas, ngukur lighting panggungnya masih agak susah.. kudu latian lg..
ReplyDeletehuhauahuahahuah....
ReplyDeletekok gak ada foto ku yaaa... he he he he " waria cebongan "
ada kok sebenernya, tp rada shake yg berlebihan..ntn saya upload deh
ReplyDeletesaat harus melepas metro dan deleilah
ReplyDeletelumayan....
ReplyDeletenduk...lebih sabar lage yo nek motret n harus lebih sering belajar light meter, komposisi. menurutku masih standar foto-fotomu nduk!
ReplyDeletesaya suka akting sang baju merah..
ReplyDeletehehe.. iya, aktingnya lumayan. apalagi pas adegan disuruh ngedance
ReplyDeletenggih..belajar sabar :)
ReplyDelete