Tuesday, December 23, 2008

Pelita Kehidupan Naga




“Kekhawatiran utama kami adalah pecahnya sifat kerukunan”, jelas Pak Henhen menyoal tidak adanya listrik di kampung Naga. Ya, absennya listrik di Kampung Naga memang sangat beralasan. Pak Henhen kemudian bercerita tentang kemungkinan yang bisa terjadi bila listrik ada di Kampung Naga. Warga yang memiliki uang akan membeli barang-barang seperti kulkas, TV berwarna dan peralatan elektronik lainnya. Warga dengan keterbatasan akan sungkan untuk meminta pertolongan, begitu pula sebaliknya. Menurutnya, hal-hal ini bisa mengakibatkan timbulnya kecemburuan sosial antar warga masyarakat.

“Kami tidak menolak teknologi, tapi hanya alergi”, ujar pak Henhen kemudian. Buktinya, beberapa teknologi seperti TV hitam putih bertenaga aki dan radio berbaterai banyak dimiliki warga sebagi salah satu akses atas informasi dan hiburan. “TV hitam putih harganya standar, berbeda dengan TV berwarna”, tambahnya.

Sunday, December 21, 2008

Hajat Sasih; Potret Kebersamaan Kampung Naga


Sebagian warga menunggu upacara Hajat Sasih di depan Patemon

Dari ketinggian, tepatnya di kampung Rancak yang tepat berada di atas kampung Naga, saya melihat sepintas upacara Hajat Sasih. Terlihat belasan pria berjubah putih berjalan beriringan menuju arah barat kampung yaitu pada makam Eyang Singaparna yang terletak di hutan keramat Leuweung Larangan.

Sementara itu, puluhan warga Kampung Naga Luar yang kebanyakan kaum perempuan mulai berdatangan dengan membawa keranjang nasi berisi tumpeng Sisihan. Kampung Naga Luar adalah sebutan bagi para warga kampung Naga yang tinggal di luar kampung Naga. Mereka tersebar di beberapa kampung di kecamatan kecamatan Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Hajat Sasih adalah upacara untuk seluruh warga kampung Naga, baik dalam maupun luar. Pelaksanaan Hajat Sasih bertepatan dengan perayaan hari-hari besar agama Islam yaitu pada bulan Muharam, Maulud, Rewah, Syawal dan Rayagung sebagai wujud harmonisasi adat dan agama di kampung yang memiliki 109 bangunan rumah ini.

Ada 3 hal yang selalu melekat di Kampung Naga yaitu amanat, wasiat dan akibat. Upacara Hajat Sasih adalah salah satu amanat yang diberikan oleh Leluhur Eyang Singaparna. Sedangkan penolakan listrik dan jalan memang diambil untuk mencegah timbulnya akibat kecemburuan sosial antar warga yang berjumlah 314 penduduk ini.

Serangkaian upacara inti Hajat Sasih dilakukan di sungai Ciwulan, masjid, Bumi Ageung (adalah tempat penyimpanan pusaka yang menjadi satu-satunya bangunan tidak boleh didokumentasikan), dan makam selesai tepat sebelum Dhuzur. Berakhirnya prosesi inti ini berbarengan dengan siapnya sajian nasi tumpeng Bobokoh oleh para ibu di Kampung Naga Dalam dan nasi tumpeng Sisihan dari warga kampung Naga Luar.

Para warga berkumpul di halaman masjid menunggu waktu sholat. Setelah beduk ditabuh, kuncen dan lebai berwudhu di pancuran berpipa 3 yang terletak diantara masjid dan patemon (balai tempat pertemuan warga). Tak lama berselang, seorang wanita paruh baya dengan baju kemben dan kain merah yang disebut patunggon datang membawa kendi berisi air untuk kemudian diberikan kepada kuncen yang ada di dalam masjid. Setelah patunggon masuk, para warga bergiliran dan memasukkan tumpeng secara berantai melewati jendela di samping kanan dan kiri masjid. Kurang dari 5 menit, seratus lebih tumpeng telah berpindahkan ke dalam masjid.

Dari luar masjid, lirih terdengar Al Fatihah selesai dibacakan sebagai tanda berakhirnya upacara Hajat Sasih. Tumpeng-tumpeng yang telah didoakan pun bergiliran keluar dari masjid untuk segera disantap oleh seluruh warga.

ps: specially upload to my online guide masopang..

Friday, December 19, 2008

Payung Geulis; Seni Rumit dari Bumi Tasik




Dulu, payung kertas berlukis bunga ini menjadi primadona. Hampir semua wanita di Tasikmalaya berteman payung saat bepergian ke pasar atau surau untuk mengaji saat cuaca yang bersahabat di lingkungan yang masih terjaga. Lain dulu lain sekarang. Menurut Mak Cicih, perajin payung geulis di Payingkiran Indihiang Tasikmalaya si geulis kalah pamor setelah masuknya payung hitam dari Cina. Payung impor berbahan plastik ini memang lebih tahan lama bila dibandingkan dengan payung kertas berangka bambu ini.

Mak Cicih (82th) adalah generasi tertua perajin payung geulis. Meski berusia lanjut, Mak Cicih masih sangat produktif yaitu melukis 40 buah payung dalam sehari. Bersama menantunya Warsono, nenek ini tekun menjalankan usaha kerajinan payung dengan melayani pesanan untuk pasar lokal, Bandung dan Bali. Permintaan payung geulis memang tidak setinggi 30 tahun yang lalu karena saat ini fungsinya bergeser menjadi barang dekorasi.

Seni menjadi satu hal yang tidak bisa lepas dari payung geulis. Payung ini memiliki keunggulan dari segi tampilan yang kaya warna, rumit dan kompleksitas pembuatan yang tinggi. Satu buah payung geulis ini merupakan hasil kerjasama dari 7 orang perajin dengan spesialisasi berlainan yaitu pada proses pembuatan rangka, penjalinan, pemasangan kertas, pengecatan awal, melukis ornamen, pemasangan asesoris tambahan dan finishing. Rumit bukan?

Friday, December 12, 2008

Thursday, December 11, 2008

Puncak Festival Reog Ponorogo

Start:     Dec 29, '08 06:00a
End:     Dec 30, '08
Location:     Ponorogo

Payung Geulis & Hajat Sasih

Start:     Dec 6, '08 06:00a
End:     Dec 9, '08
Location:     Tasikmalaya, Singaparna & Kampung Naga

Suran Solo

Start:     Dec 28, '08 06:00a
Location:     Solo - Yosodipuran

Tasikmalaya, Singaparna dan Kampung Naga; prolog

Setelah dag dig dug karena tiket kereta yang baru bisa diperoleh saat hari H, akhirnya saya "nyepur" juga ke Tasikmalaya. Senang rasanya bisa jalan-jalan sekaligus kopdar dengan Teh Tini dan Kang Kankan, selain motret payung geulis Panyingkiran dan mojang geulis Leuwidahu. Liputannya Kang Kankan ada disini: http://kiskandar.multiply.com/photos/album/88/MPers_JOGYA_meet_TASIK_

http://kiskandar.multiply.com/photos/album/90/payung_geulis_tasikmalaya_mau_kemana..

Akhirnya saya juga bisa sedikit mengintip Hajat Sasih Kampung Naga. Meski awal ritual tertutup untuk umum, saya masih kebagian sisa prosesinya. Jadi nggak sia-sia menginap semalam di Singaparna dan nongkrong di terminal yang pagi itu sunyi senyap.

Terimakasih buat Pak Kuncen, Pak HenHen, Pak RT Risman atas ijinnya. Terimakasih juga atas makan siang nasi Bobokoh dan keramahanannya. Teh Ita, terimakasih sudah diperbolehkan melongok dapurnya.

ps: Foto-fotonya sedang dipilih-pilih, maklum tukang fotonya lagi belajar.

Wednesday, December 3, 2008

Gelo di Pabrik Gula




"Tuwas adoh-adoh teko jebule banyune wis buthek". (Sudah jauh-jauh datang, ternyata airnya sudah pekat-red).

Ini sepengal ungkapan kekecewaan seorang nenek di sebuah parit di belakang Pabrik Gula Madukismo pada tanggal 21 September lalu. Beliau tidak tahu bahwa hari itu ada hari terakhir proses giling. Tidak ada lagi air yang ”kemebul” alias berasap dan menurut mereka beraroma seperti “wedang sere”.

Awal puasa lalu, ribuan warga berendam di saluran pembuangan limbah yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Tidak hanya orang tua, remaja dan anak-anakpun membuat sesak parit-parit yang tiba-tiba menjadi arena pemandian dadakan. Meski larangan telah diserukan oleh berbagai pihak, sugesti tetap juara mengalahkan hasil uji lab dari Balai Penelitian Kesehatan Lingkungan (BPKL) yang memang datang terlambat.

Monday, December 1, 2008

Hajat Sasih; ada yang tahun jadwalnya ?

Setelah googling kesana kemari, ada info tentang upacara Hajat Sasih di Kampung Naga Tasikmalaya saat hari besar agama, Idul Fitri & Idul Adha.

Untuk Idul Adha tahun ini, apa ada yang tahun tanggal pastinya?

Thursday, November 27, 2008

Travel to Tasikmalaya; ada ide ?

Apa teman-teman punya rekomendasi tempat menginap, referensi tempat unik yang wajib dikunjungi dan saran transportasi di Tasik? Atau mau ikut saya ke Tasik?

 

Rencananya saya akan kesana akhir minggu awal desember depan (mungkin bisa mundur ke minggu ketiga). Tujuan utamanya adalah sentra kerajinan payung geulis.  

Monday, November 17, 2008

Cair oleh Air




Pada awalnya, sebagian besar anak-anak TK ini terlihat pucat. Tapi akhirnya saat dikenalkan tentang api dan bermain dengan air, mereka pun cair dengan tawa.

ps: Canon 1000D, Manual 5,6/640
Outbond TK Darmarini Langensari di Dinas Pemadam Kebakaran Kota
15 November 2008

Sunday, November 16, 2008

Gathering Blogger Jogja - Roadtrip Pesta Blogger 2008

Start:     Nov 19, '08 8:00p
Location:     Gadjah Wong Restaurant, Jalan Gejayan Yogyakarta

Tuesday, November 11, 2008

Empat Sekawan




Ainun Fitria Mardatilla, Nadia Amorrita Setiawan, Danendra Daffa Setiawan & Jagad Tejo Miftahul Rizki

ps: dedicated for my beloved Daffa; semoga mau masuk sekolah lagi ya..

Monday, November 10, 2008

'Pesta Pencuri'

Start:     Nov 15, '08 7:30p
Location:     SANGKRING ART SPACE, Jl. Nitiprayan No.88 RT 01/RW 02, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
"Pesta Pencuri" adalah produksi Teater Bengkel Muda Surabaya tahun 2007/ 2008. Merupakan naskah Perancis, karya Jean Anouilh, yang diadaptasi dan disutradarai oleh Zainuri.

'Roro Mendut Jelas Salah'

Start:     Nov 22, '08
Location:     Taman Budaya Yogyakarta
Teater Lampu akan beraksi dengan lakon 'Roro Mendut Jelas Salah'

ps: perlu konfirmasi jam mainnya, tp sepertinya malam hari
Teater Lampu
Pungkuran, Plered, Bantul, Yogyakarta. 55791
Mas Prie 081392676777

Friday, November 7, 2008

Nadia: Om Tante, have a great weekend ya...




selamat berlibur.. silahkan main ke rumah

ps: Bila nyeri punggung dan panggul ini sudah sembuh, pengen motret Nadia pakai daster batik ini di Candi Abang

Thursday, November 6, 2008

Pelajaran Minggu Ini: Jangan Byaya'an

Beginilah nasib dari seorang yang byaya’an dan sok lincah. Sepetinya kata ke empat terakhir tadi perlu di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. “Byaya’an hampir sama dengan terlalu banyak gerak. Rabu sore kemarin, dengan air muka yang bercampur antara sakit, malu dan jengkel plus jerit kesakitan, saya jatuh terduduk dengan pose yang sangat “manis” ditangga pintu samping kantor. Bukan salah hujan, ubin atau sandal jepitnya.

 

Meski bantalan saya lumayan tebal, sekarang saya masih kesakitan. Sepanjang hari kemarin, punggung, pinggul dan panggul nyeri bin memar. Hampir 4 tukang urut yang disodorkan oleh ibu atau bapak. Sayangnya, Ibu terapis langganannya Simbah kebetulan lagi plesir ke Puncak selama seminggu. Dan, mau nggak mau, saya harus urut ke seorang bapak yang memang ahli di pijat bayi, orang jogja menyebutnya dadah.

 

Kamis pagi, saya absen dari kantor dan segera meluncur untuk pijat. Dan berkumpulan saya dengan 8 orang bayi yang juga ngantri untuk dadah. Kata bapak, saya juga bayi, tapi lebih tepat disebut bayi tuwek yang tedas peyek. Upss...

Monday, November 3, 2008

Nadia & Daffa; Kembali Tertawa




Bahagia rasanya melihat tawa kembali menghias bibir-bibir mungil mereka, setelah beberapa minggu didekap duka.

Friday, October 31, 2008

Teteg Tugu; pada sebuah siang




Becak, Jogja dan perlintasan kereta adalah ramuan cerita yang tak terlupakan.

Canon 1000D
Exposure: 0.003 sec (1/320)
Aperture: f/5.6
Focal Length: 135 mm
ISO Speed: 200
Exposure Program: Manual

Thursday, October 30, 2008

Sapu Tangan Serep Mbah Kati




Wanita paruh baya ini adalah Mbah Kati, seorang yang penting bagi saya dan Bastian, kakak sepupu saya. Sebenarnya nama aslinya adalah Tumini. Kati adalah nama panggilan yang berasal dari nama mendiang suaminya Sukati. Beliau inilah yang setiap hari membantu ibu mengurus warung dan beberapa pekerjaan rumah.

Seminggu yang lalu, air matanya tumpah, sampai-sampai terpaksa mengeluarkan satu tangan "serep" alias cadangan saat Mas Tian mohon doa restu sebelum berangkat ijab kabul. Meski tidak ada hubungan darah, relasi sosial antara kami sangat kuat. Susah seneng sama-sama. Pernah suatu saat, beliau ikut larut nangis barengan dengan ibu saat tahu saya lolos interview kerja.

18 Oktober 2008
Manual Canon EOD Kiss 400D, IS 18-55mm

Monday, October 27, 2008

My October's Portrait




Pada suatu siang dilapangan bola, didepan gedung pernikahan kakak sepupu saya. Warna hitam ternyata efektif untuk sedikit menyamarkan bentuk tubuh yang cenderung melebar..

ps: maaf atas ketidaknyaman yang memang disengaja oleh sang pemencet rana, penyuka komposisi miring..

Thursday, October 23, 2008

Takbiran Kotagede; sebuah kisah di penghujung ramadan




alkisah tentang seorang ksatria bertopeng yang menyebarkan keberagaman, paham isu aktual dan penuh kreativitas.

Panen Brambang Donotirto




Pada suatu hari menjelang siang, diselingi ban bocor di tengah jalan, kami turun ke ladang. Keramahan para petani dan buruh pemetik bawang merah langsung terpancar meski dari kejauhan. "Monggo mbak, pinarak", ujar 3 orang bapak berbarengan.

Canon 1000 D, Manual 28 - 135 mm
27 September 2008, Donotirto Kretek Bantul

Tuesday, October 21, 2008

Bakpao Demo




Bakpao yang ada di keranjang alumunium itu punya cita rasa yang berbeda dari bakpao kebanyakan. Meskipun sama-sama berisi kacang hijau atau daging cincang dengan daun bawang, bakpau ini punya tambahan rasa yaitu rasa demo. Pada setiap keramaian, seperti demonstrasi misalnya, selalu ada penjual bakpao yang ikut menjemput rejeki.

Ada gula ada semut

Friday, October 17, 2008

Doa Untuk Yogya




Tampak dalam foto, sebagian warga Jogja dalam hal ini para pedagang dan pengemudi becak peserta sidang rakyat yang digelar pada 6 Oktober lalu di halaman gedung DPRD DIY khusuk berdoa. Doa keselamatan atas sesuatu yang baik untuk Yogyakarta.

Ya, dalam dua bulan terakhir ini (hingga masa reses anggota DPR RI tentunya-red), dinamika politik di Jogja sedang bergejolak. Pasalnya, selain issu soal RUU Keistimewaan DIY, masyarakat juga sedang hangat membicarakan kemungkinan Sri Sultan HB X untuk pencalonan RI 1 tahun depan. Meski sebagian masyarakat, tak sedikit pula yang mengharap agar Sri Sultan tetap sebagai Gubernur saja. Pro dan kontra akan selalu ada dan forum dialog semoga juga selalu terbuka.

ps: manual canon 1000D, 28-135mm
hunting bareng bapak.

Tuesday, October 7, 2008

Qilla




Meski hanya sederet gigi yang membalut senyum yang terlihat, Qilla yakin Ibu pasti bila iya kalau Qilla cantik di cermin itu.

n.a.d.i.a & d.a.f.f.a




Dua sepupu saya ini memegang rekor untuk pendapatan terbanyak saat Lebaran kemarin. Berhubung Daffa belum paham duit, semua amplop dititipkan ke tas kecil Nadia, sang bendahara. "Berarti duitku tambah akeh yo Mbak ?" tanyanya setiap membuka amplop.

Sprei Merah dan Canon 1000D Manual F 5.6 speed 200 Lensa EF 28-135mm.

Thursday, September 25, 2008

Libur Panjang Menjelang Lebaran

Besok saya libur. Lumayan panjang dan menyenangkan.

 

Saatnya tiba untuk jalan-jalan ke stasiun Tugu dan Lempuyangan melihat adegan romantis tragis seperti kebiasaan saya saban tahun.  Ada perpisahan berpasang-pasang kekasih, semangat para porter yang terus berlari dan senyum tulus bu Poniyem dan tawaran nasi bungkusnya.

 

Segera ingin beringsut ke Pasar Demangan. Jalan kaki beriringan ”nrabas dalam” dengan para tetangga. Berbelanja ketupat luar, jenis ketupat lonjong harus selalu ada, seperti selongsong ketupat yang digantungkan diatas pintu utama rumah-rumah jawa.

 

Saatnya pula ikut-ikutan pawai takbiran, meski hanya sebagai penggembira…

 

 

ps:

  1. Berhubung bapak dan ibu saya “peknggo”, saya tidak mudik dan pasti ada dirumah. Jadi, bila suatu saat ndilalah lewat deket-deket rumah saya, silakan mampir ya. Meski ayam presto dan pupu bakarnya akan absen untuk beberapa hari, setidaknya ada aneka cemilan dan ketupat opor ayam.
  2. Buat semuanya, sampai ketemu lagi minggu kedua bulan depan ya.  Selamat Idul Fitri, mohon maaf atas semua kesalahan.

Sunday, September 21, 2008

YuK! Tolak RUU Pornografi

Start:     Sep 22, '08 2:00p
End:     Sep 22, '08 5:00p
Location:     Depan Gedung Agung
Forum YOGYAKARTA untuk KEBERAGAMAN (YuK!) akan melakukan hearing, performance, orasi, pembacaan pernyataan sikap bersama menolak RUU Pornografi.

Forum YOGYAKARTA untuk KEBERAGAMAN (YuK!), yang terdiri lebih dari 100 Jaringan Masyarakat Sipil di Yogyakarta dengan tegas MENOLAK keberadaan Rancangan Undang-Undang Pornografi (RUUP), bukan saja karena substansi dan isinya yang masih disemangati oleh rancangan undang-undang sebelumnya (RUUAPP), namun juga karena RUUP bukan merupakan jawaban tepat atas permasalahan pornografi yang merajalela di Indonesia, kurang implementatif, dan berpotensi menimbulkan masalah baru di masyarakat.

Friday, September 19, 2008

Pak Panija Primadona Panggang




Sabtu dua pekan lalu (06/09), saya bertemu Pak Panija. Beliau adalah juru kunci telaga Gumulingsari sekaligus penjaga system air fotovoltaik bertenaga matahari yang memompa mata air sungai Pringgosari didusun Giritirto Panggang Gunungkidul.

Pak Panija dan Telaga Gumulingsari adalah dua primadona Panggang. Pasalnya, hampir setiap kemarau dua lokasi ini menjadi langganan liputan para wartawan, baik cetak maupun elektronik. Setidaknya ada 13 nama wartawan yang beliau tulis di papan kayu sebagai kenang-kenangan.

Diusianya yang ke 72, beliau masih sangat bersemangat meski sedang menjalankan puasa. Setiap hari, selain berjaga beliau masih mengerjakan order membuat “ganda” atau ukiran penanggalan jawa untuk atap rumah.

Hiburannya tatkala “nglangut” adalah berdendang lagu jepang. “Kulo naming saged nyanyi tok, ning mboten ngertos artine,” ujarnya disela-sela dendangnya. Kehebatan seni lainnya adalah melukis kaca dengan tokoh pewayangan seperti Petruk Kantong Bolong dan Semar. Sebuah kebahagiaan bertemu seorang bertalenta ganda.


ps: Manual with Canon EOS 1000D - Gunungkidul Trip 6 September 2008.


Walking Home




A couple is walking through “Plengkung Gading” nearly midnight to get their house at Krapyak. A peaceful route before meet their children.

http://jogjaportrait.com/people-3/walking-home/

Tuesday, September 16, 2008

Ajeng's Wedding Party

Start:     Oct 11, '08 10:00p
Location:     Balai Shinta
sekalian reunian SD dan SMA

Prepegan

Start:     Sep 30, '08 04:30a
Location:     Pasar Demangan dan Pasar Kranggan
Bakda Subuh, jalan kaki ke Pasar Demangan beli ketupat kosongan sama Ibu.
Jam 5an, naik becak ke Pasar Kranggan, menikmati lenggangnya jalan dan suasana "prepegan".

Mencari Takjil di Pasar Kotagede

Start:     Sep 17, '08 5:00p
Location:     Pasar Kotagede
sembari mencari info ttg malam selikuran dan upacara takbiran

Monday, September 15, 2008

Parade Kemiskinan

Judul diatas mencuplik statemen Cendekiawan Muslim, Syafi’i Antonio saat diskusi di sebuah TV swasta semalam. Dua kata tersebut menjelaskan tragedi pembagian zakat di Pasuruan yang menelan korban 21 orang wanita. Mereka meninggal mengenaskan karena terijak, kehabisan oksigen dan kehilangan tenaga saat berdesakan untuk memperoleh sekantung beras atau sejumlah uang yang jumlahnya tak lebih dari lima puluh ribu rupiah. Terlepas dari niat baik yang berzakat, kejadian tersebut mempertajam pencitraan sebuah parade kemiskinan ”aku yang kaya kamu yang miskin”.

Sederet pertanyaan lantas mengusik saat jeritan para pengantri zakat diputar berulang-ulang di hampir semua stasiun televisi. Apakah ini masalah menurunnya moral ? Apakah karena ketidakpercayaan pada badan amil zakat ? Apakah karena arogansi personal untuk kepentingan tertentu? Apakah karena  kesalahan sistemik dari pemerintah dengan UU zakat yang nanggung?

Insiden; Sudah Lupa Tuh !

Saya sependapat pula dengan Imam Prasojo dengan tidak menyebut kejadian kemarin adalah sebuah insiden. Kecenderungan pemaknaan insiden adalah kejadian menjadi sebuah permakluman dan akan segera mudah dilupakan karena sifatnya yang insidental.

Boleh dibilang, kita adalah negara yang memang jarang belajar dari pengalaman. Bila menoleh lagi, ada banyak kejadian serupa yang juga menelan korban jiwa. Hampir setiap tahun selalu terjadi tanpa ada tindakan mitigasi terkecuali ucapan duka cita yang hampir seperti pembelaan diri.

Managemen Resiko Pembagian Zakat Massal

Saya tak habis pikir bagaimana mekanisme berpikir sebagian orang yang lebih menyukai acara masal bagi-bagi zakat. Satu hal yang pasti adalah pemberi zakat kebanyakan lebih menitik beratkan pada pada kuantitas dibanding kualitas. 1000 orang lebih mungkin lebih bermakna dibanding 10 orang dengan konsep bantuan zakat yang berkelanjutan bagi mereka.

Oleh karena, mungkin perlu inisiasi dalam hal mitigasi dengan membuat managemen resiko untuk semua kegiatan yang melibatkan massa. Jadi tidak hanya soal pembagian zakat, tetapi juga kegiatan seni dan budaya seperti konser musik atau semisal upacara rayahan Grebeg di Jogja yang beresiko besar. Tentu saja, koordinasi yang mantap juga perlu diperhatikan sebagai sebuah bagian dari managemen. Istilahnya ”cucul duit setitik ketimbang ilang nyowo”. 

Holocaust Rising; tlapakane podo mambu getih, wong mati wes ra medeni

Start:     Oct 14, '08 8:00p
End:     Oct 15, '08
Location:     Societet Militer - TBY
Saturday Acting Club present Holocaust Rising, karya dan disutradarai oleh Rossa R. Rosadi

http://jemeksupardi.multiply.com/journal/item/68/AWASS_bakal_terjadi_pembunuhan_besar-besaran_di_Yogya

Wish List Menikah Muda

Hari ini, ada sebuah kabar bahagia dari seorang sahabat. Namanya Linda, ia mengabarkan kalau Ajeng, salah satu kawan kami akan menikah tanggal 11 bulan depan. Linda, Ajeng dan saya dan dua orang lain yaitu Lina dan Cisca memproklamirkan diri menjadi sahabat saat kami SMA. Meski sebenarnya, antara saya, Ajeng dan Cisca sudah kenal sejak bangku sekolah dasar. Malah salah satu dari mereka, bersama-sama sejak TK. Jadi, wajar bila suatu waktu saya jadi bulan-bulanan setelah cerita rambut kribo dan Nike Ardila tersebar diantara mereka.

 

Kabar ini sempat membuat saya mengingat beberapa keinginan yang dulu menjadi topik hangat baik pada buku diary atau omongan tidak penting kami. Salah satu topik hangatnya selain isu inisasi bisnis dan exit strategy setelah lulus SMA  yaitu soal keinginan untuk menikah muda. Kalau diingat lagi, diskusinya sepanas debat calon presiden di beberapa stasiun TV akhir-akhir ini. Masing-masing kepala punya argumentasi yang berbeda tentang menikah muda.

 

Menyeberang lagi ke 5 tahun lalu adalah saat masing-masing mencitrakan dirinya seperti sosok lain yang menurut kami sempurna. Citra tersebut menjadi pemacu kami untuk memenuhi sederet wish list yang sekarang sedang coba kami raih satu persatu. Seperti yang akan dicapai Ajeng bulan depan. Selamat ya Jeng, doakan agar wish listku juga bakal segera bisa dikeluarkan dari daftar.

Friday, September 12, 2008

Momotaro by Margasari




Momotarō (桃太郎) is a popular hero from Japanese folklore. His name literally means Peach Tarō; as Tarō is a common Japanese boy's name, it is often translated as Peach Boy. (wikipedia)

narasinya menyusul ya :D

ps: Nonton bareng Bapak di Societet Militer TBY. Taken with manual by Panasonic FZ30

Wednesday, September 10, 2008

Ngapunten




Katur kagem Bapak dan Ibuk, nyuwun ngapunten kalau saya nggak ingat kalau kemarin itu ulang tahun perkawinan yang ke 24. Bukannya nggak perhatian, saya cuman nggak "gatekan".

Sekalian juga mau minta maaf kalau kebiasaan "mblayang" juga masih belum berkurang. Jadi, masih harus sering-sering sabar menunggu dan membuka pintu regol saban malam. (maklum, saya belum dilepas bawa kunci sendiri).

ps: Tidak seperti biasanya dengan "patah" atau pengipas pengantin laki-laki remaja. Lazimnya, "patah " adalah anak perempuan usia 5 sd 12 tahun.

saat untuk menghilang

Start:     Sep 20, '08 06:00a
Location:     tba
saat saya ilang wudelnya, pengen pergi ke suatu tempat yang belum terindentifikasikan lokasi..

Thursday, September 4, 2008

Diantara Tustel; Sebuah Ketekunan




Tidak seperti saya yang tergolong bukan perempuan telaten, dua ibu tetap tekun pada tustel.

ps: tustel adalah sebutan buat alat tenun bukan mesin.

Wednesday, September 3, 2008

buka bersama

Start:     Sep 4, '08 6:00p
Location:     tentative, cowmad maybe

Tuesday, September 2, 2008

Kasongan; Dua Generasi




Selain ingin belajar [lagi] naik sepeda, saya juga ingin bisa buat keramik. Setidak-tidaknya menjadi bagian generasi kedua seperti Jaret, bocah berkaus oranye.

Nyadran di Santren; Mengirim Doa dan Berbagi Berkat




Ratusan orang berbondong-bondong meninggalkan komplek masjid dan makam Krapyak dusun Santren desa Gunungpring Muntilan Sabtu (30/08). Sebaskom makanan berukuran tanggung yang terbungkus taplak dibawa untuk oleh-oleh rumah sebagai wujud berkat prosesi nyadran.

Nyadran oleh warga dusun Santren diselenggarakan pada hari Sabtu Kliwon di bulan Ruwah sebagai sebuah tradisi ziarah kubur sebelum memasuki bulan Ramadhan. Bagi warga Santren, ritual ini wajib dilakukan selain sebagai ajang silaturahmi juga sebagai bentuk “ngabekti” pada leluhur.

Pada ritual Nyadran, masing-masing warga Santren ataupun warga diluar Santren yang memiliki waris di makam Krapyak membawa makanan yang disebut “berkat”. Berkat yang dimaksud adalah 2 macam makanan yang nantinya akan dibagi pada seluruh peserta nyadran yaitu penganan tradisional atau jajan pasar dan nasi dengan lauk pauk lengkap.

Nyadran diawali dengan melakukan ziarah kubur di makam yang tepat berada di sebelah utara masjid. Kemudian setelah selesai berdoa, mereka langsung menuju komplek masjid untuk mengikuti ceramah dan tahlil. Tahap terakhir adalah saling membagi berkat yang sebelumnya telah dikumpulkan kepada panitia. Nyadran menjadi momentum penting saat warga Santren siap menjalankan Ibadan puasa.


Canon 1000D 18-55mm

ps: Terimakasih untuk seluruh Panitia Nyadran Santren dan om Tamsir untuk senyum yang terkembang dan 2 piring jajan pasar plus teh hangatnya.

Monday, September 1, 2008

Saya dan Timbunan Dosa

Selain banyak makan, saya juga banyak dosa. Selain dari pada itu, kecrigisan saya pada banyak hal juga turut ambil bagian. Berhubung ramadan ini bulan puasa, jadi Om Tante semuanya, mohon maafnya ya.

ps: kapan-kapan atur buka puasa bersama di marhaen yuk?

 

Gunungkidul Trip

Start:     Sep 6, '08 08:00a
Location:     Gunungkidul

Sunday, August 31, 2008

Jogja Fashion Week 2008; Catwalk at Palace




Sabtu lalu (30/08), babak final Jogja Fashion Competition pun digelar. Belasan perancang busana muda berlomba dengan memadupadankan unsur modernitas dan tradisi dalam tema besar 'Retro Jogja'. Jogja Fashion Competition adalah salah satu program acara Jogja Fashion Week 2008 yang berlangsung dari tanggal 27-31 Agustus 2008 di Pagelaran Kraton Yogyakarta.

Taken with Canon 1000D 18-55mm

Thursday, August 28, 2008

Futsal; Sial atau Spesial?




Inilah jadinya kalau seseorang yang sangat takut pada olahraga disuruh motret liga futsal. Ibarat kata “ra ono apik-apike blas”. Apalagi karena malah justru kena timpuk bola sebanyak dua kali. Semakin tidak mudeng. Pertanda apa ini?

Yovie & The Nuno; saya justru bersenandung




Huhuhu..lagi-lagi remuk. Pertama saya masih “ajaran” dan cenderung sangat tidak sabar. Dan mungkin diperparah oleh ketidakfokusan saya pada hal yang hendak saya kejar. Entah, adalagi faktor X yang turut andil pada ketidakfokusan saya. Tiada lain tiada bukan adalah efek lapar ditambah putusnya urat malu dengan ikut-ikutan nyanyi (meski suaranya juga tak kalah remuk).

Oh ya, foto-foto ini saya persembahkan khusus pada dua orang kakak perempuan saya (semoga tidak malu punya adik ketemu gede seperti saya), Vivi dan Mumpuni. Semoga kelak jodohnya mirip-mirip seperti Dudi dan Dikta, dua lelaki yang kalian idolakan. Setidaknya kaos kakinya sama. Peace Nona-Nona...Hehehe...

Wednesday, August 27, 2008

Ari Lasso; an energetic night




Kini...usai sudah sgala penantian panjangku
Setelah temukanmu duhai kekasihku (baruku)

Upps, bukan maksud apa-apa. Saya lagi dipinjami kamera. Dan tentu saja masih ndak habis pikir, kok ya ada orang yang tega nian melepaskan kamera baru bin gres kenyes-kenyesnya buat saya. Ibarat motor, saya kedapuk "nganyari" atau test drive. Pokoknya diminta belajar sampai puas.

Tiba saatnya mencari acara yang bisa sekaligus untuk latihan memotret. Tapi, kesempatan ini malah jadi ketakutan baru buat ibu saya. Sampai-sampai saya tidak diijinkan pulang tengah malam naik motor sendiri saat Konser Ari Lasso ini. Dibanding kemungkinan anak perempuannya hilang (bisa pula ditambahi awalan meng-fit), beliau justru lebih khawatir keselamatan kamera yang statusnya NA alias "namung ampilan" ini. ”Mengko diterne kakangmu wae, soale dudu kameramu Nduk!” sarannya ketika saya pamitan.

ps: Manual dengan Canon 1000D EFS 18 – 55 mm IS
Berhubung, masih payah dalam metering lighting apalagi hasilnya jauh dari stage shootnya mas gede/lensahati, jadi silakan dikritik.

Tuesday, August 26, 2008

Monday, August 25, 2008

My August Portrait


photo by: Nico R. Haryono

appologize to Nico atas in-framenya saya.. lain kali lagi ya? hehehe

Wednesday, August 20, 2008

Wayang Topeng Bobung




Panji Asmarabangun adalah salah satu tokoh dalam Lakon Panji Krama pada pementasan Wayang Topeng dari Desa Bobung Patuk Gunungkidul. Sebuah atraksi seni tradisi dari desa wisata dengan andalah kerajinan topeng kayu.

Tuesday, August 19, 2008

Friday, August 15, 2008

Dirgahayu, Berkibarlah Benderaku


Photo by: C. Aris Tantono

Hari ini, Jumat Kliwon (15/08), saya sepaham dengan pendapat seorang pembaca Kedaulatan Rakyat yang berharap bahwa bendera partai harap mengalah dulu dengan membiarkan merah putih leluasa berkibar.

Selain ruang yang sempit, bendera merah putihpun kalah besar dibanding bendera partai yang sepertinya menjadi penguasa beraneka sudut di ruang publik.

Dulu, seperti lukisan saya 18 tahun yang lalu, merah putih masih menjadi raja. Memang, waktu itu hanya ada 3 partai dengan situasi bahwa angka kemenangan sudah pasti bisa diramalkan sebelumnya. Tapi setidaknya tetap terlihat besar saat bersanding dengan umbul-umbul atau rontek hasil swadaya kampung.

photo by : C. Aris Tantono
ps: saat saya lomba lukis di atmajaya mrican th 1990

Thursday, August 14, 2008

...for every single moment...

we have to cherish every single moment.. good or bad.. and embrace it as a process towards brighter days..

 

Wednesday, August 13, 2008

Pentas Seni Tradisi; Wayang Topeng Gunungkidul

Start:     Aug 15, '08 8:00p
Location:     Halaman Taman Budaya Yogyakarta
lakonnya Panji Krama

Monday, August 11, 2008

Pentas Seni Tradisi; Srandul Purba Budaya

Start:     Aug 13, '08 8:00p
Location:     Halaman Taman Budaya Yogyakarta
Srandul Purba Budaya adalah seni teater tradisional yang masih bisa dijumpai di kecamatan Kotagede Yogyakarta. Terbagi menjadi 3 babak permainan yang diawali dengan sesaji dan tarian pembukaan.

Pentas Seni Tradisi; Bangilun Putra

Start:     Aug 12, '08 8:00p
Location:     Halaman Taman Budaya Yogyakarta
Bangilun adalah kesenian tradisional sebagai syiar agama dan dakwah yang lahir di dusun Nglinggo, Pagerharjo, Samigaluh Kulonprogo pada tahun 1955. Sempat terhenti saat pecah G30SPKI tahun 1965 namun kembali hadir setelah konflik politik tersebut mereda di tahun 1966 sampai dengan sekarang.

Friday, August 8, 2008

Ketika Bidadari Menyapa Thea




“Pecah pamore !” teriak lantang Ibunda Thea diakhir prosesi siraman sambil membanting kendi. Wadah air dari tanah liat beruntai roncean melati itupun pecah dengan sukses. Pada saat bersamaan, ucap syukur bersahutan menemani senyum yang terkembang.

Menemani Thea saat prosesi Siraman dan Midodareni menjadi pengalaman lain yang juga mendebarkan. Terutama, saat sisi melankolis ingin ikut bermain. Dan ternyata saya berhasil untuk tak ikut-ikutan menangis ketika sungkeman berlangsung.

Thursday, August 7, 2008

Ulang Tahun Ibuk ke 47

Start:     Aug 8, '08 06:00a
Location:     rumah
permintaannya masih sama seperti tahun lalu: ingin anaknya lulus kuliah dan lebih sering dirumah..


Wednesday, August 6, 2008

Deleilah; tak ingin pulang dari pesta




Teater Deleilah besutan Joned S menghadirkan cerita tentang perjuangan hidup 3 biduan cantik Happy, Rosi dan Luna di Cafe Metro. Cafe ini berarti banyak bagi perbaikan ekonomi dan status mereka di kalangan sesama waria. Happy, Rosi dan Luna menjadi primadona dan magnet untuk menarik pelanggan.

Konflik muncul ketika Metro terancam diubah menjadi bioskop dan memaksa ketiganya melakukan exit strategy. Happy memilih berkonsentrasi dengan paguyuban waria yang pelan-pelan bisa menjadi media advokasi paling mujarab dibanding LSM abal-abal. Luna hijrah ke Jakarta dan moncer sebagai perancang busana. Sedangkan Rosi tetap tinggal di Yogyakarta dengan tetap sebagai penyanyi tunggal.

Bagian yang paling menarik dari Teater Deleilah adalah potongan cerita flash back dari kehidupan masa lalu Happy, Rosi dan Luna. Skenario Puthut EA menggambarkan secara serius tentang pelecehan dan kekerasan yang dialami oleh ketiganya pada masa kecil dan remaja. Misalnya saja saat Happy remaja dipaksa untuk melakukan oral seks oleh laki-laki dewasa yang berdalih akan mengajarinya main Gitar. Dan bisa jadi, omongan-omongan tak cerdas yang ada selama ini terhadap kaum waria karena masyarakat tidak pernah mengetahui sebab akibat yang dialami.

ps: assignment for www.trulyjogja.com/over & shaking/taken with panasonic lumix FZ30/iso 400/manual/speed seper 10/bukaan besar/

http://www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=11&news_id=1406

Deleilah; Satu Jalan Meluruskan Stigma

Wis nyicil ayem mbak,” ujar Kusuma Ayu, sesaat di lobi Societet  Militer TBY Selasa malam (5/8). Ayu, selama 2 bulan terakhir ini menjelma menjadi sosok lain bernama Rosiana. Ia adalah pemeran utama pertunjukan ”Teater Deleilah; tak ingin pulang dari pesta” yang menjadi acara penutup Festival Kesenian Yogyakarta 2008.

 

Bersama 7 waria lainnya dan pemain teater muda kota Yogya, mereka menyajikan konsep yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebuah suguhan pentas teater dengan memadukan kebolehan dalam olah tubuh, akting dan olah vokal. Hal ini patut dibanggakan setelah hampir selama 3 tahun terakhir hanya terlibat di FKY adalah sebagai peserta pawai pembukaan dan mengisi panggung pasar seni dengan lomba karaoke dan fashion show. 2 acara yang sayangnya masih saja diselingi dengan suara-suara dan terikan tak cerdas dari para penonton.

 

Sesuai harapan banyak orang, pada pertunjukan perdana khusus untuk undangan dan media semalam, suara-suara tersebut tak lagi terdengar (tentu saja semoga juga tidak terdengar pada 2 malam berikutnya dan waktu-waktu kedepan-fit). Justru yang menggema adalah ucapan selamat atas kepiawaian mereka beraksi diatas panggung. Ayu menuturkan bahwa pentas kali ini memang dipersiapkan dengan matang. 2 bulan mereka giat berlatih. Keseriusan tersebut selain sebagai bentuk totalitas dalam berkesenian tetapi juga sebagai usaha advokasi pada kelompok transseksual. 

 

Semakin terbukanya masyarakat pada kaum waria melalui akses media dan advokasi memang menjadi jalan untuk meluruskan pandangan minor yang ada selama ini. Ayu mengatakan bahwa selama ini stigma di masyarakat adalah waria hanya bisa ada di jalanan alias cebongan. ”Sebenernya kita tuh juga punya potensi untuk akting dan nyanyi,”  jelas Ayu kemudian. 

 

Teater Deleilah besutan Joned Suryatmoko menghadirkan cerita tentang perjuangan hidup 3 biduan cantik Happy (diperankan oleh Arum Marischa), Rosi dan Luna (Maria Alda Novika) di Cafe Metro. Cafe ini berarti banyak bagi perbaikan ekonomi dan status mereka di kalangan sesama waria. Happy, Rosi dan Luna menjadi primadona dan magnet untuk menarik pelanggan.

 

Konflik muncul ketika Metro terancam diubah menjadi bioskop dan memaksa ketiganya melakukan exit strategy. Happy  memilih berkonsentrasi dengan paguyuban waria yang pelan-pelan bisa menjadi media advokasi paling mujarab dibanding LSM abal-abal. Luna hijrah ke Jakarta dan moncer sebagai perancang busana. Sedangkan Rosi tetap tinggal di Yogyakarta dengan tetap sebagai penyanyi tunggal.

 

Bagian yang paling menarik dari Teater Deleilah adalah potongan cerita flash back dari kehidupan masa lalu Happy, Rosi dan Luna. Skenario Puthut EA menggambarkan secara serius tentang pelecehan dan kekerasan yang dialami oleh ketiganya pada masa kecil dan remaja. Misalnya saja saat Happy remaja dipaksa untuk melakukan oral seks oleh laki-laki dewasa yang berdalih akan mengajarinya main Gitar. Dan bisa jadi, omongan-omongan tak cerdas yang ada selama ini terhadap kaum waria karena masyarakat tidak pernah mengetahui sebab akibat yang dialami. 

 

 

ps: fotonya menyusul/free pass with assignment for www.trulyjogja.com/dan saya sempat salah masuk gedung

 

Pentas ini wajib ditonton tgl 6 atau 7 Agustus 2008, real show pasti lebih seru dengan penonton yg banyak. Silahkan reservasi tiket agar tidak kehabisan di (0274) 587712.

 

Monday, August 4, 2008

Dan Ngengatpun Bisa Memilih




Pada bulir-bulir padi aku hinggap sesaat pagi ini. Aku lebih memilih pada sepetak sawah di selatan kota. Tidak seperti daerah kota yang bising dan penuh polusi udara. Ya, buatku wilayah ini yang masih menyisakan kesegaran meski kadang ada bau sangit dari asap pembakaran sekam di sentra pembuatan bata.

ps: Suatu pagi menjelajah Banguntapan Bantul bersama Nico R. Haryono. Resize only & taken with Canon EOS 400D digital & Lensa Tamronnya Denny.

Monday, July 28, 2008

Ultimate The Final Touch With Yovie & Nuno

Start:     Jul 30, '08 11:00p
Location:     Caesar
Tawaran Vivi & Uni yang eman-eman bila dilewatkan.


ps: kameranya ndak boleh ikut nyanyi..huhuhu

Tingalan Dalem Jumenengan SINUHUN Pakubuwono XIII.

Start:     Jul 29, '08 05:00a
Location:     Kraton Surakarta
Tingalan Dalem Jumenengan memperingati naik tahta SINUHUN Pakubuwono XIII.

ps buat yg bisa motret dan jalan2 ke Solo: sepertinya akan ada pawai besar, wisudan abdi dalem, pentas tari bedoyo dan wayang orang dengan pemain putro wayah di sriwedari (28-29 Juli 2008)

Sunday, July 27, 2008

Mbah Sutirah; Saat Tikus Mencuri Dengar

Episode 2

 

Ditengah perbincangan kami, tikus-tikus seukuran kucing bersliweran seakan ingin mencuri dengar. Makhluk kecil yang berlarian menerobos karung goni dan keranjang bambu berisi kelapa dan jipang. Gesit, lincah namun menjengkelkan. Mereka adalah teman para buruh gendong yang terpaksa tidur di pasar. Maklum, tidak semua endong-endong memiliki cukup uang untuk menyewa secara patungan kamar-kamar kecil di daerah Sayidan atau Gemblakan. Dan tidak semua buruh gendong  memiliki ongkos untuk menjadi penglajo seperti Mbah Sutirah.

 

Kue pukis bertabur meses coklat itu masih betah mendekam didalam kardus. Mbah Sutirah belum mengambilnya meski saya sudah menawari berulang kali. ”Sampun,” tolaknya halus. Saya masih tak yakin beliau telah kenyang karena makan malam. Setelah  beberapa lama, akhirnya beliau tanpa sengaja bercerita bahwa hari ini makan satu kali. ”Wau siang maem sekul jangan, sakpenak karo tengah ewu,” ucapnya sambil menunjuk ke arah warung yang dimaksud.

 

Setiap hari Mbah Sutirah mengeluarkan 1500 rupiah untuk sebungkus nasi sayur dan 1000 rupiah untuk secangkir teh yang nantinya dapat sekali direfill dengan air putih. Sedangkan untuk ongkos bis, beliau membutuhkan uang 6000. Nominal tersebut sudah jauh berkurang 2 kali lipat setelah beliau berjalan kaki sepanjang 10 kilometer. 2 kilometer dari rumahnya ke Perempatan Kenteng dan 3 kilometer dari perempatan Wirobrajan menuju Beringharjo. Begitu sebaliknya untuk perjalanan pulang. Jumlah yang tak sedikit untuk orang seusia Mbah Sutirah.

 

Selain usia yang tak lagi muda, semangat hidup Mbah Sutirah dan puluhan buruh gendong yang lainnnya juga tetap menggelora. Dorongan ini tak lain berasal dari anak-anak mereka. ”Menawi kagem anak, udan angin nopo nggih tetep dilakoni,” ujarnya sambil mengusap wajah. Semua hal yang halal akan dilakukan sekuat tenaga untuk tetap bisa membeli 1 liter nasi setiap minggunya dan uang sekolah bulanan.

 

Ibu 4 putra ini juga tidak pernah mematok harga untuk jasa gendongannya. ”Saklilahe ingkang  maringi,” ucap beliau berusaha menjelaskan. Mbah Sutirah berkata bahwa beliau selalu menerima pemberian pelanggannya berapapun jumlahnya. ”Mangkih nek rewel mundak disirik,” ujarnya kemudian.  

 

Waktu berjalan dan hari semakin malam. 2 ibu pedagang timun dan kelapa yang ada di ujung tangga juga sudah bersiap tidur. Waktunya pula buat saya pamit pulang. Beliau berjanji akan mengingat saya, bukan karena kesamaan dengan nama keponakannya. Beliau juga mengucap terimakasih ketika saya meminta ijin bila sewaktu-waktu saya akan mempir kerumah beliau di Kulonprogo. Bagi saya yang terpenting adalah bahwa inilah saat yang tepat bagi Mbah Sutirah untuk kembali mencoba tidur dengan membayangkan perjumpaan dengan Pak Klimun meski hanya dalam mimpi. Dan semoga ini hanya terjadi hari ini. 

Friday, July 25, 2008

Mbah Sutirah; Sebuah Cerita dari Tangga Pasar

Episode 1

 

Bangunan bercat cokelat itu nampak senyap tertutup rapat pintu besi. Berbeda dengan gedung seberang jalan yang hingar oleh pentas musik indie dengan anak muda yang berjejal. Untung ada satu pintu kecil yang masih terbuka, tepat seorang satpam berjaga didalamya. Ia hanya tersenyum kecil saat kami datang. Tanpa banyak tanya penuh selidik seperti satpam kebanyakan.

 

Kami mulai naik mencari Mbah Sutirah. Endong-endong asal Panjul Srikayangan Kenteng Kulonprogo ini yang mungkin sudah terlelap pada sebuah anak tangga. Anak-anak tangga di pintu timur Pasar Beringharjo malam kemarin seolah-olah menjadi bertambah jumlahnya.

 

Tertutup selendang batik warna cokelat yang warnanya sudah pudar di bagian wajah, Mbah Sutirah setengah tertidur di tengah anak tangga menuju lantai 3. Alas dan selimut tidurnya adalah spanduk dan karung beras. Beberapa endong-endong lebih beruntung dengan kardus bekas yang bisa memberikan rasa hangat dibanding Mbah Sutirah.

 

”Dereng, kulo dereng tilem,” kata Mbah Sutirah saat mendengar namanya kami panggil. Beliau langsung sigap terbangun dari tidurnya. Di anak tangga, bersandar pada dinding keramik dan lantai yang dingin mengigit kami berbincang. Musik campursari yang timbul tenggelam dari radio pekerja bangunan yang sedang merenovasi los daging di sebelah utara tangga seakan ikut-ikutan menyela.

 

Malam kemarin adalah malam pertama Mbah Sutirah bermalam di pasar selama 40 tahun beliau bekerja sebagai buruh gendong. ”Kawontenan,” ucapnya pelan sambil tetap tersenyum. Hari rabu kemarin, hanya ada 3 gendongan yang mampir di punggung tuanya. Uang yang didapatkan tidak cukup untuk menutup ongkos pulang.

 

Tebakan saya, Mbah Sutirah tidak bisa tidur karena teringat pada Klimun, suami tercintanya. Beliau terbahak saat saya berkata demikian. Gigi-giginya yang ompong terlihat jelas meski dalam temaram. Maklum, lampu-lampu pasar tidak semuanya menyala. Ada yang rusak dan tak sedikit yang byar pet seperti pemadaman listrik berkala.

 

Selain pada Pak Klimun, ia juga kangen pada anak ragilnya. Maklum, si bungsu ini adalah satu-satunya anak yang masih tinggal bersamanya. 3 anaknya yang lain sudah mentas dan tak lagi tinggal satu rumah

 

 

 

 

Tuesday, July 22, 2008

OgiThea Wedding Ceremony

Start:     Aug 2, '08 07:00a
End:     Aug 3, '08
Location:     Kalasan & Kagama
The wedding will be commenced with several processions. In Friday, it will be started with siraman procession. In the evening, it will be continued with midodareni, a procession which is commonly believed as the moment when the bride waits for the fairies to give their beauty to her.

Akad nikah (the wedding vow) will be declared on 2 August 2008 in bride's home and the wedding ceremony will be held in the next day, 3rd August 2008. It will take place at Wisma Kagama Jogjakarta.

The wedding will be performed in Yogyakartan culture where the invitees may see directly the phases of procession(panggih,lempar suruh, kirab, kacar-kucur, dahar-daharan, rujak bubak kawak, & sungkeman procession. The groom and bride will wear Jangan Menir attire.


Monday, July 21, 2008

Ramayana Ballet




Shinta sedang sedih. Ia terpisah dari Rama, sang ksatria pujaan hati yang pandai memanah. Rahwana berhasil menculiknya dengan bantuan Kala Mrica, rusa cantik yang penuh tipu muslihat.


ps: semoga bulan depan bisa kesini lagi dengan persiapan matang, setidak-tidaknya batere full charge dan pinjaman tripod.

Sunday, July 20, 2008

Belajar [lagi] Pada Kanjeng Wir; Sebuah Dokumentasi




“Wah, ngepasi tenan, pun ket winggi Kakung kenken kulo ngebel Mbak Fitri,” ucap mbak Kus, putri Kanjeng Wir saat saya muncul dibalik pintu rumah mereka. Rupanya sudah dari bulan lalu, Kanjeng Wir meminta Mbak Kus untuk menelepon saya. Kata beliau, ada beberapa acara yang pasti akan saya senangi.

Segera Ibuk, begitu saya menyebut istri Kanjeng Wir, memanggil Kakung yang ada di bengkel kerja di loteng rumah. “Kung, wonten Mbak Fitri,” teriaknya. Tak lama, Kanjeng Wir atau Kakung turun dan menemui kami di ruang tamu. Ada yang berbeda dengan Kakung. Badannya tampak kurus dan pipi tirus. Sudah hampir sebulan Kakung menjalani perawatan jalan karena pembengkakan jantung yang dialaminya. Hampir satu bulan pula beliau tidak ke Keraton. “Nembe tindak menawi dipun dawuhi Sinuhun,” jelas Kakung.

Namun, sifat dan kebiaasannya yang lain tetap sama. Saat saya datang Kakung bercerita tentang banyak hal, salah satunya tentang tekadnya yang bulat untuk meyelesaikan 60 stel seragam Prawiroutomo. Prajurit ini adalah satu dari cita-cita Kakung yang ingin mengeksiskan lagi kesatuan yang dulu pernah ada. Hanya bayonet yang dipesan dari luar, selebihnya dikerjakan sendiri oleh Kakung. Maka tak heran bila beliau kurang tidur dan berpengaruh pada kondisi fisiknya. Kakung hanya tidur selama 1 jam setiap harinya. Selebihnya, 23 jam beliau habiskan di bengkel untuk merampungkan 60 baju, aksesoris, topi dan pedang untuk prajurit paling tinggi di Kraton Solo ini.

Wednesday, July 16, 2008

Belajar Menahan Napas




berhubungan belum ada tripod dan ISO pol mentoknya FZ30 hanya 400, saatnya berlatih dan belajar menahan napas.
...dan yang terjadi terjadilah..hehehe

Tuesday, July 15, 2008

Lasem [lagi]

Start:     Jul 18, '08 10:00p
End:     Jul 19, '08
Location:     Desa Jeruk Kec. Pancur & Kec. Lasem Rembang Jawa Tengah
melihat batik tiga negeri dan nostalgia di kawasan karangturi...
ps: semoga bisa ketemu pak Tari..

ada yang nitip batik ?

Balon-Balon Cinta; Ogithea Prewedding Photos




Biarkan balon-balon itu melayang lalu terbang. Menebar butiran cinta yang tersemai di suatu sudut kota. Ah.. indah, semoga balon-balon itu mendarat dan menular pada jiwa lainnya pada suatu saat dan waktu yang tepat.


ps: Gara-gara balon berwarna-warni ini plengkung gading jadi sedikit ramai oleh anak kecil. Akhir sesi photo yang lucu dan penuh cerita, meski tak ada layung sore itu.

Thanks to Aria Dewangga yang sudah rela berjinjit-jinjit untuk membuat tipuan balon terbang.

Monday, July 14, 2008

Hari Pertama Sekolah; Nyolong Pethek




Senin kemarin, 14 Juli 2008 adalah hari yang bersejarah bagi brayat Marhaen 7. Setidaknya generasi ketiga kami yaitu Garda Bagus Damastra 15th, Nadia Amorrita 6th dan Danendra Daffa 4th memulai babagan cerita dengan sekolah barunya. Suatu pagi yang mendebarkan melihat raut muka yang tampak sedih dan tak bersemangat. Meski sudah dibujuk-bujuk untuk tersenyum tetap saja tak berhasil. “Aku ndak siap sekolah, males”, ujar Daffa dengan raut muka yang polos.

Surprise !!! Ternyata Daffa dan Nadia malah justru minta tidak ditunggu di hari pertama sekolahnya. Dan lebih mengejutkan lagi karena ia dengan sukses menyanyikan 2 buah lagu anak-anak. Bukan lagu milik D’massive atau The Changcuters. “Mbak, tadi Daffa pinter lho, wani nyanyi 2 lagu,” lapor Nadia setibanya saya dirumah.

Ya, kami sempat khawatir bahwa Daffa akan tertular kisah tak terlupakan namun sedikit memalukan plus membanggakan yang saya alami 18 tahun lalu. Ketika itu dengan super pede saya bernyanyi 2 lagu milik lagu Nike Ardilla dan Godbless diatas meja di hari pertama masuk TK. Saya masih ingat waktu itu Bu Djilah, guru TK saya sempat kaget sambil mengelus dada. Mungkin, saat itu beliau berpikir saya ini anak yang aneh. Maklum, selain rambut saya yang kribo, perilaku saya juga diluar kebiasaan anak TK lainnya. Ah, semuannya memang diluar perkiraan semula. Pokoke nyolong pethek.


ps: Maaf, lagi-lagi masih under.. huhuhu. All pictures taken manual with Canon EOS 400D – Tamron Macro Lens, pinjaman dari Denny Subroto Tarigan.

Friday, July 11, 2008

Thursday, July 10, 2008

Episode Cinta Dua Manusia; Ogithea Prewedding Photos




My first pre wedding project for friend; http://www.ogithea.com/

Katanya, cinta itu sebuah kesabaran. Kesabaran untuk mau saling mendengarkan dan bercerita. Kesabaran pula buat saya yang menjadi ingin segera seperti mereka.. hehehe..



Location: Two Gates Kampong Kotagede

Thanks to pak Sabar atas panduan lokasi, 2 gelas kopi pahit, sepiring kipo, pinjeman sepatu buat Ogi dan kamar ganti baju buat thea.

PS: photo lain menyusul ya

Thursday, June 26, 2008

Today's Selfportrait




Hari ini; pada sebuah jendela dan sore yang indah saya bahagia.

Tuesday, June 24, 2008

Menjadi Cakrawala

kesadaran adalah matahari

kesabaran adalah bumi

keberanian menjadi cakrawala

dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata

 

Rendra 1989

 

ps: catatan kecil pada sebuah hari yang sulit

Monday, June 23, 2008

Nadia; Sebentar Lagi Masuk SD




Kemarin adalah hari terakhirnya dengan baju TK. Bulan depan, Nadia akan berganti seragam merah putih dengan jam sekolah yang lebih panjang, sedangkan Daffa, adik Nadia akan pula masuk TK. Sudah pasti, rumah akan jadi nyenyet dari celoteh dan berisiknya mereka.


June 22, 2008 (Di belakang panggung, setelah pentas tari Gerak dan Lagu di pesta perpisahan TK Dharma Rini)

Thursday, June 19, 2008

Di sebuah Ladang Tebu di belakang Madukismo




Di ladang tebu tepat di belakang Madukismo ini saya dan Mas Doni bertemu Pak Rohmat, seorang penebas tebu lepas. Bapak berkaus orange ini sudah hampir setengah hari disengat matahari. Beliau dengan sekitar 30 orang kawannya datang dari Tretep Temanggung. Sebagian kecil dari mereka berasal dari Magelang.

Bulan Mei sampai September adalah bulan rejekinya para penebas tebu. Pak Rohmat misalnya, beliau datang dari Temanggung ke Madukismo untuk memperoleh upah kotor sekitar Rp. 500.000/bulan. Upah tersebut masih akan dipotong ongkos Temanggung Yogya pulang pergi Rp. 60.000, biaya makan dan rokok selama mburuh. “Keno nggo sangu sekolah anak,” ucapnya sambil tersenyum.

Sebagai penebas tebu, ada tiga hal yang menjadi kawan dekat para penebas ini. Mereka adalah getah yang menghitamkan tangan, lugut atau duri halus pada batang tebu dan panas yang membuat keringat semakin deras mengucur. Tak ada sarung tangan dan hanya sedikit yang beralas kaki. Mayoritas nyeker. ”Malah angel mbak, rakulino,” jawab mereka berbarengan saat saya tanya tentang sandal.

Pekerjaan ini, meskipun berat tetap menjadi primadona. Hampir 90% warga Tretep Temanggung usia 15 s/d 35 tahun bekerja sebagai penebas tebu. ”Nek tuwo ra kuat awakke, kudu rosa soale gaweanne abot,” ujar mereka sambil terus bekerja. Setelah mas panen usai, mereka kembali mencari pekerjaan lain seperti menjadi buruh bangunan & petani tembakau. Tak sedikit pula yang menganggur.

Jangan bayangkan ada sepiring camilan atau segelas teh nasgitel buat mereka. Saat haus menyergap, tersedia satu jerigen air teh dan air putih untuk bersama. Setidaknya, minuman tersebut harus cukup untuk 30 penebas, seorang mandor dan supir truk. Mereka menyebutnya dengan istilah “Teh Es”, meski sebenarnya hanya teh semi pahit tanpa butiran es sama sekali. Maklum, cuaca yang panas membuat seteguk teh dari jerigen dan ceret ini seolah-olah dingin.

Selain itu ada juga rokok dengan bau khas yang menyengat. Rokok para penebas memang bukan rokok filter dengan iklan yang berbiaya tinggi itu. Tapi rokok lintingan dengan ramuan khusus cengkeh, klembak dan kemenyan.